Ulasan Film The Virgin Suicides


Film The Virgin Suicides (1999) disutradarai oleh Sofia Coppola merangkap penulis scenario, produser Julie Costanzo, Dan Halsted, Chris Hanley. Film ini diadaptasi dari novel dengan judul yang sama. Beberapa aktor dan aktris ang membintangi film tersebut antara lain James Wood, Kathleen Turner, Kirsten Dunst, Josh Hartnett, AJ Cook.
Narator : Giovanni Ribisi
Musik : Jean BenĂ´it Dunckel sama Nicolas Godin.
Sinematografinya Edward Lachman
Diproduksi oleh American Zeotrope,
Didistribusikan oleh Paramount Classics.
Durasi kurang dari 100 menit.
Budget 6.1 juta dollar, dengan keuntungan 4 juta dengan total penghasilan 10juta dollar.
Cerita mengambil setting tempat di Michigan tahun 70an. Dengan sudut pandan laki-laki tetangga keluarga Lisbon yang bercerita bagaimana "Aneh"-nya keluarga Lisbon.

Jangan lupa baca juga : Diskusi Buku Animal Farm

Film dimulai dengan adegan Cecilia yang melakukan percobaan bunuh diri dengan mengiris nadi, kemudian berendam di bak mandi. Ketika digotong ke RS, ada satu kartu lintrik yang jatuh bergambar Bunda Maria. Di sini kita bisa liat maksudnya adalah "Perawan Suci". Ini pengantar bagi penonton bahwa keseluruhan cerita, plot, adegan, dll di film ini bakal berhubungan dengan hal tersebut. Ketika siuman Cecilia berkata kepada dokternya "Anda tak tahu bagaimana rasanya menjadi anak perempuan berumur tiga belas tahun. Dan sang dokter hanya menggangap itu ocehan anak kecil yang tidak ada gunanya. Setelah opening itu, gambar beralih ke jalanan penuh pepohonan. Seperti kita tahu,  pohon merupakan lambang yang berkaitan dengan kesuburan.

Adegan berikutnya ditunjukkan bahwa yang namanya kehidupan bertetangga itu tidak lepas dari gosip, bergunjing, dan lain-lain. Apalagi berita percobaan bunuh diri sudah pasti jadi pergunjingan tetangga. Tetangga-tetangga keluarga lisbon bergunjing bahwa Cecilia sebenernya tidak ingin mati, tapi ingin keluar dari rumah. Yang bisa kita lihat di sini adalah sebagaimanapun tertutupnya pintu rumah seseorang, tidak lepas dari gunjingan tetangga, sehingga ketika psikiater datang untk memeriksa Cecilia, beliau berkata Cecilia tidak berniat mati, malah meminta tolong. Nah berarti ada yang salah  dengan aturan yang berlaku di keluarga Lisbon. Tes yang digunakan untuk mengetes Cecilia adalah tes Rorschach.
Petunjuk pertamanya kita dapat di awal yaitu kartu bergambar bunda maria. Petunjuk kedua ada di menit ke 7 ketika sang psikiater berkata kepada Mr & Mrs lisbon, "Aku tahu kau ketat dengan aturan" kemudian memberi kelonggaran sedikit kepada Cecilia agar bisa bergaul. Dari sini bisakah kita simpulkan bapak dan ibu Lisbon ini orang tua yang kolot? Dari beberapa petunjuk yang baru kita dapat sampai menit ke 7 ini, sepertinya bapa dan ibu Lisbon ini "memenjarakan" anaknya. Hausnya anak-anak keluarga Lisbon akan interaksi dengan lawan jenis terutama dapat kita lihat di menit 8 ketika Peter yang membantu menolong Mr. Lisbon itu diundang makan bersama dan terlihat dua gadis Lisbon  curi pandang cari perhatian kepada Peter, terutama Lux.

Di percakapan ini terlihat juga bapak Lisbon hanya terlihat antusias jika bicara tentang teknologi, sains dan sejenisnya. Di meja makan ini juga terlihat kalau gadis-gadis Lisbon memperlihatkan hasratnya ke lawan jenis, kecuali Cecilia yang dari awal sudah ogah-ogahan menjalani hidup. Ketika Peter ini meminta diri ke toilet. Dia memakai toilet di kamar Cecilia, di kamar tersebut terlihat benda-benda yang mengandung unsur religi.Apakah  ini memperkuat petunjuk di awal, bahwa bapak dan ibu Lisbon mengikat anak-anaknya dengan penjara "agama"?

Pentunjuk selanjutnya yang menunjukan bahwa gadis-gadis Lisbon ini jarang 'bergaul' adalah mereka hanya bermain di halaman rumah. Petunjuk berikutnya yang memperlihatkan bahwa bapak ibu Lisbon ini orang yang 'taat' beragama adalah ketika diadakan pesta untuk Cecilia, Cecilia mungkin merasa pestanya seperti  hidupnya yang monoton, jadi dia memutuskan bunuh diri. Adegan pesta lalu meninggalnya Cecilia ini menjadi semacam pertanda bahwa ke-"perawanan" di rumah itu sudah tidak ada lagi, bunuh diri itu jadi semacam pembenrontakan dari seorang perawan bernama Cecilia kepada aturan-aturan ketat yang dibuat orangtuanya.

Tandanya seperti ini, di pesta itu hanya kakak-kakak cecilia yang terlihat antusias, terutama Lux terlihat lust jika melihat lelaki. Terbukti seusai dia indehoy di lapangan bola dengan Trip, minatnya terhadap seks semakin menjadi-jadi seolah kebalikan dari Cecilia yang meninggal ketika masih perawan. Ini kenapa dijelaskan  tadi Cecilia ini pembuka dan pengantar betapa memuakkannya hidup ketika dipasung di rumahnya sendiri dengan tembok-tembok tak terlihat yang dibuat oleh kedua orang tuanya sendiri. Orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Sebenernya bapak dan ibu Lisbon udah "cukup" bernegosiasi sama yang namanya remaja lelaki. Terbukti waktu si  Trip ini minta ijin mengajak gadis-gadis lisbon main, mereka diijinkan, tapi ya gitu, dandanan harus rapi tidak boleh terbuka, sedangkan di sana kan kalau nggak terbuka dianggap nggak gaul. Gadis-gadis Lisbon terutama Lux ini seperti menyimpan "bom" di dalam dirinya mereka kalem jika di rumah, tapi kalau udah di luar mereka meledak. Mereka mendadak bawel, Lux sendiri merokok dan minum. Karenanya setelah pesta dan diajak indehoy sama Trip, dia tidak menolak,  ditambah kenyataan umur segitu memang sedang panas-panasnya dan penasaran sama segala hal,

Paginya Lux terbangun dari tidur karena lelah setelah indehoy semaleman. Dia merasa kosong, ada yg hilang. Trip berkata dia suka sama Lux tapi begitu di luar sana, suasananya jadi beda. Entah ini ada hubungannya dengan hubungan jangka panjang, komitmen, atau hal lainnya. Kejadian Lux pulang pagi membuat ibu Lisbon makin memperketat peraturannya. Dia mungkin menganggap Lux jadi 'nakal' karena pengaruh setan. Disimpulkan seperti ini karena dia membakar piringan hitam album-album rock yang dimiliki Lux. Di tahun itu musik Rock itu identik sama musik setan,
Makin hari penjara keluarga Lisbon makin tak terkendali. Mereka benar-benar tidak keluar rumah. Hanya keluar sesekali untuk mengambil majalah langganan. Adegan berlanjut ke empat anak lelaki tetangga yang menjadi sudut pandang cerita ini,mereka merasa miris dengan apa yang dialami gadis-gadis Lisbon dan berniat membantu mereka. Mereka saling berkirim pesan lewat telpon, saling memutarkan lagu, yang puncaknya, Lux menanggapi dengan meminta mereka datang ke rumah. Gadis-gadis Lisbon minta tolong, dan mereka mau mengajak kabur. Mereka lalu menjemput para gadis Lisbon ketika tengah malam. Tetapi mereka malah mendapati para gadis Lisbon bunuh diri. Bonnie gantung diri, Marry memasukan kepalanya ke dalam oven, Theresa meminum pil tidur, Lux meninggal dengan rokok di sela jari di dalam mobil.

Dan sampai akhir film bapak dan ibu Lisbon pindah, mereka berdua masih tidak paham, kenapa anak-anaknya mengakhiri hidupnya, karena mereka merasa udah melakukan upaya yang terbaik untuk menjaga anak-anaknya. Bapak dan ibu Lisbon pindah. Rumah dijual berikut isinya. Dibeli oleh orang baru dan tetangga tidak ambil pusing atas kejadian yang menimpa keluarga Lisbon.


Intinya adalah film ini memberi pesan, bahwa yang kita pikir baik untuk seseorang yg kita sayang belum tentu berefek baik bagi mereka, bahkan bisa berefek sangat buruk. Film ini mengangkat tema sederhana dengan hasil yang brilian! Rekommendeath bingit buat ditonton bersama keluarga untuk menikmati akhir pekan yang menyenangkan.

No comments:

Post a Comment

Halo ! Silakan tinggalkan komentar dengan menggunakan bahasa yang baik. Link hidup akan otomatis terhapus ya n_n

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com