Ferry Unardi – Pendiri Traveloka

Ferry Unardi – Pendiri Traveloka
 
Ferry Unardi, lahir di Padang 16 Januari 1988. lulus dari bangku SMA, Ferry memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Purdue University jurusan Computer Science dan Engineering. Setelah lulus dari jenjang pendidikan S1 pada tahun 2008, Ferry bekerja sebagai software engineer di perusahaan Microsoft daerah Seattle. Puas bekerja dan belajar banyak hal di perusahaan Microsoft selama 3 tahun, Ferry kemudian memutuskan untuk melanjutkan pendidikan MBA di Harvard University.

Baru 1 semester menjalankan pendidikan di Harvard University, ada naluri bisnis yang menggelitik Ferry untuk mengembangkan startup di bidang reservasi pesawat. Pengalamannya bolak balik Amerika-Indonesia selama 8 tahun memberinya banyak pelajaran tentang sistem reservasi pesawat di Indonesia. Kala itu Ferry yang ingin menuju ke Padang merasa kerepotan memesan tiket dari Amerika Serikat. Karena dari Amerika Serikat, pemesanan tiket hanya tersedia untuk tujuan Jakarta dan harus melanjutkan perjalanan lagi dari Jakarta ke Padang.

Pengalaman yang cukup membebaninya itu menyebabkan Ferry berpikir “jika tidak ada layanan yang menawarkan apa yang Anda butuhkan, maka buatlah sendiri”. Pemikiran itulah yang juga menjadi cikal bakal Traveloka hadir. Pada usia 23 tahun itulah, Ferry mengambil risiko untuk membangun bisnis sendiri.

Keputusan meninggalkan Harvard University setelah satu semester ini tentunya sangat disayangkan oleh banyak pihak. Namun rupanya Ferry memiliki impiannya sendiri. Tekad dan ambisi Ferry membuat usaha sendiri begitu kuat. Ferry bahkan berani hijrah ke Tingkok selama 6 bulan untuk belajar bahasa Mandarin. Selagi belajar, ia banyak memerhatikan perkembangan bisnis internet di Tiongkok. Ferry terkesima dengan bisnis model e-commerce di negara tersebut, seperti Alibaba, Taobao, Ctrip, dan Qunar. Selama di Negeri Tirai Bambu, Ferry mengamati kampanye marketing Qunar setiap harinya. Dari sanalah Ferry terinspirasi untuk membangun Traveloka.

Pada Maret 2012, Ferry bersama 2 orang rekan engineernya yang juga  pernah satu kantor di Microsoft, Derianto Kusuma dan Albert memutuskan untuk mulai membangun konsep dan core business untuk Traveloka. Melalui sistem pengembangan konsep ecommerce dan segala hal teknis secara mandiri, akhirnya Traveloka berhasil dirilis dalam versi beta pada periode Oktober 2012.

Awal perjalanan usaha Ferry sama sekali tidak mudah. Sebagai startup kecil, perusahaan besar terutama maskapai penerbangan tidak benar-benar bersedia untuk bekerja sama dengan Traveloka, bahkan nyaris tidak memperhatikan mereka. Untuk mengatasi hal ini, Ferry kembali ke poin awal tentang membangun sebuah perusahaan dengan fokus fisik dan online, bukan sebaliknya. Traveloka memiliki satu strategi untuk mengatasi masalah ini, yang merupakan strategi yang sama yang mereka gunakan untuk menjadi kuat di pasar: “Jika Anda membangun pelayanan yang baik, orang-orang akan datang.”

Ferry percaya bahwa Anda harusnya tidak membangun layanan dimana orang hanya menentukan salah satu fitur yang mereka suka – melainkan pengguna harus menyukai keseluruhan layanan tersebut. Hal Inilah yang diterapkan Ferry dalam Traveloka: membangun sebuah layanan yang ingin digunakan orang. Ini memungkinkan tim untuk mendapat basis pengguna yang besar dan akhirnya mendapatkan perhatian dari perusahaan penerbangan.

Pelayanan yang berkualitas dan berdedikasi menjadi salah satu kunci kesuksesan Traveloka. Berawal dari tim kecil yang beranggotakan 8 orang, kini Traveloka mulai tumbuh menjadi perusahaan besar dengan jumlah karyawan mencapai lebih dari 100 orang untuk beragam divisi seperti maintenance, human resource, customer service serta divisi lainnya. Tidak hanya itu, kini Traveloka juga telah berekspansi dalam penjualan voucher hotel dengan berbagai pilihan serta diskon menarik.

Keberhasilan tersebut juga tak lepas dari ketekunan Ferry Unardi untuk terus belajar berbisnis. Tak hanya fokus pada IT dan mengejar traffic web, Ferry juga berhasil membangun tim yang solid. Berbekal inspirasi dari buku The Hard Thing about Hard Things karya Ben Horowitz (veteran startup). Situs yang memiliki peringkat Alexa 150 di Indonesia ini memiliki puluhan juta pageview per bulan. Dengan target transaksi 2% hingga 5% dari total pageview, Traveloka juga sudah berhasil menarik perhatian para investor seperti East Ventures dan Global Founders Capital. Kedua investor tersebut sudah mulai bekerjasama dengan Traveloka sejak tahun 2012 dan 2013.

*diambil dari berbagai sumber.
Dibahas pada #SelasaTokoh di Grup Whatsapp Klub Buku Indonesia.

0

#Buku Malam-malam terang


Malam-malam Terang - Berawal dari kegagalan memperoleh nilai ujian akhir yang cukup untuk melanjutkan sekolah di SMA impiannya di Yogya, Tasniem, gadis yang saat itu baru 15 tahun, menantang dirinya untuk merantau ke luar negeri. Berbekal restu sang Ibu yang rela menjual sepetak tanah, Ia berangkat ke Singapura melanjutkan sekolah dengan tekad memenangi apa yang 'direbut' darinya.


Hidup di Singapura dan belajar di Sekolah International mengantarkan Tasniem melihat dunia global. Di sisi lain, remaja belasan tahun ini juga didera cobaan hidup merantau, rindu keluarga, kesepian, terasing, dan uang pas-pasan seringkali merayunya untuk menyerah dan pulang.


Blurb dari buku Malam-malam terang di atas, sudah bisa membuat sebuah kesimpulan tentang apa yang akan diceritakan dalam novel ini. Malam Terang, merupakan perwakilan dari pengalaman 'istimewa' Tasniem menghabiskan waktunya di sepertiga malam, kala orang lain sibuk beristirahat. Kalau ditanya, apakah buku ini tentang testimoni Solat Tahajud? Bisa dikatakan seperti itu, melalui kisah kesehariannya melewati kehidupan.


Setting dan Tokoh


Pada mula kisah dimulai, Tasniem remaja tinggal bersama kedua orang tuanya di Jogjakarta. Bersekolah di SMP 5 Jogjakarta. Kemudian ketika kepindahannya ke Singapura, latar cerita berlokasi di Singapura di United World College of South East Asia juga di asrama putri di lingkungan yang sama.


Tasniem Rais, anak dari Bapak Amien Rais dan Ibu Kusnasriyati Sri Rahayu.


Cecilia : Teman satu kamar Tasniem di asrama, berasal dari China.


Angelina : Teman satu kamar Tasniem di asrama yang juga berasal dari Indonesia.


Aarin : Teman satu kamar Tasniem di asrama berasal dari India.


Edo : Kakak kelas Tasniem sewaktu di SMP.


Beragam Peristiwa


* Berawal dari hasil nilai Ebtanas, yang kurang memenuhi standar untuk masuk ke SMU impiannya. Serta rasa malu yang berkecamuk dalam diri Tasniem.


* Sebuah pesan tersirat yang didapat Tasniem, ketika menuju rumah Neneknya.


* Keputusan besar yang diambil oleh Tasniem, sempat mendapat halangan karena tidak diizinkan oleh Ibunda.


* Rasa malu serta mimpi buruk yang membayang-bayangi Tasniem, inilah yang membuatnya membulatkan tekad untuk hijrah.


Tentang Solusi


Dalam kisah hidupnya, Tasniem banyak menyelesaikan kegundahan dan kegelisahannya dengan cara pasrah pada Ilahi rabbi. Dengan bersujud di tengah malam kala semua orang tidur. Efeknya :


* Dia mampu menghadapi setiap masalah yang datang.


* Nilai lebihnya yaitu, setiap usai solat Tahajud, Tasniem menggunakan waktunya untuk belajar. Dan ini sukses membuatnya bisa mengejar ketertinggalannya.


* Akhirnya Tasniem mampu menyelesaikan sekolahnya dengan nilai yang sangat memuaskan.






Sumber : Ipehalena


0

The Stranger - Albert Camus

MINGGU LITERASI #4, 7 Februari 2016


ORANG ASING (The Stranger)


Novel pertama Albert Camus ini terbagi atas dua bagian. Bagian pertama mengulas kehidupan Meursault, tokoh utama novel ini, sejak ibunya meninggal hingga kasus yang menyeretnya ke pengadilan. Pada paruh pertama, novel ini akan berkesan datar dan seperti tidak ada permasalahan apapun yang penting untuk diiangkat. Meursault adalah seorang pemuda yang menjalani hidup dengan caranya sendiri dan melihat dunia sekitarnya sebagai dunia yang dipenuhi oleh hal-hal yang tidak penting. Baginya, kematian ibunya adalah sesuatu yang wajar dan alami. Rasa kehilangan dan kesedihan tetap ada tapi baginya bukanlah sesuatu yang perlu untuk diresapi berlarut-larut, sehingga hal itu nantinya akan dipermasalahkan oleh orang-orang di pengadilannya. Begitupun hubungannya dengan Marie, wanita yang sempat dekat dan jatuh cinta padanya, yang baginya hanya hubungan pertemanan yang sedikit di atas biasa. Sensasi cinta dan romansa bersama Marie tetap ia rasakan, namun untuk melangkah lebih jauh lagi (pernikahan) baginya adalah hal yang tidak penting. Bukan karena dia tidak menyukai konsep pernikahan, namun memang baginya pernikahan itu adalah hal yang tidak penting.

Memasuki paruh kedua, kita akan disuguhi dengan keabsurdan dunia dari pandangan Meursault ini. Bagaimana pengadilan banyak mengulas hal-hal yang menurutnya tidak penting karena tidak berhubungan dengan kasusunya, serta tingkah orang-orang di dalam pengadilan tersebut yang di matanya sangat tidak jelas. Saya menemukan banyak kelucuan yang sangat menghibur dalam pengadilan Meursault ini. Seorang Hakim yang sangat fanatik terhadap agamanya sampai menganggap Meursault yang atheis ini adalah seorang yang tidak masuk akal, padahal di mata tokoh utama kita justru hakim inilah yang tingkahnya sangat berlebihan. Kemudian Jaksa Penuntut yang sangat dramatis dalam mencari celah kesalahan Meursault, yang bahkan merasa sanggup ‘melihat’ ke dalam jiwa Meursault demi mencari keanehan tokoh utama kita ini yang menurutnya tidak bisa diterima akal sehat. Dan ada pula Pendeta yang di ujung cerita sangat ingin menobatkan tokoh utama kita ini sampai-sampai terbawa perasaan sendiri melihat Meursault yang teguh mempertahankan ‘keyakinannya’. Menurutnya Meursault ini sangat tersesat dan baginya sangat tidak masuk akal bila seseorang bahkan di penghujung hidupnya tetap tidak mau menerima Tuhan.



Meursault, tokoh utama kita ini, dari awal pun tidak merasa sengaja membunuh korbannya. Ketika dia dituntut di pengadilan, yang dia inginkan hanyalah menceritakan duduk perkara yang sebenarnya. Dia bahkan menolak untuk memilih pembela karena baginya tidak perlu ada yang dibela, toh dia memang berencana menceritakan semuanya jujur apa adanya di hadapan pengadilan. Namun, sampai akhir pengadilan (terhitung berbulan-bulan kemudian) dia sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk membicarakan itu. Ketika disudutkan pun dia justru merasa aneh karena tuntutan terhadapnya berkesan dipaksakan namun tidak dibuat-buat. Tidak berperasaan, tidak percaya Tuhan, dan tidak cinta orang tua, itulah cap yang diberikan terhadap Meursault disaat dia sendiri melihat bahwa justru orang-orang di sekitarnyalah yang melebih-lebihkan segala sesuatunya.


*******

Pembahasan ini diulas dan didiskusikan dalam sesi #MingguLiterasi, moderator : Pio S.
0

#GhibahBuku There Were None ~ Agtha Christie



Pada kesempatan sesi #GhibahBuku yang diadakan setiap dua bulan sekali, tanggal 29 Januari 2016 kemarin membahas karya Agatha Christie yang kabarnya disebut sebagai salah satu karya terbaik di genre misteri.

Funfact:

Novel yang terbit tahun 1939 ini awalnya di UK novel ini terbit dengan judul "Ten Little Niggers" atau "Sepuluh Anak Negro". Namun saat di US, judul ini dirasa kurang enak, akhirnya penerbit mengganti menjadi "Sepuluh Anak Indian",  pada perkembangan waktu beberapa lama kemudian, beberapa pihak menganggap judul ini kurang layak. Kemudian akhirnya diganti dengan judul yang dipakai sampai sekarang "Then There Were None" yang diambil dari kalimat terakhir di sajak dalam cerita.. "Habislah Sudah".

Funfact trivia:

Ada yang pernah menonton acara TVRI taun 80an? Berjudul : "Teka-teki 9 Orang" dalam Creditnya, dicantumkan acara ini terinspirasi dari novel ini juga. Dan tentu saja menginspirasi ribuan penulis dan sineas di era selanjutnya.

1. Latar Cerita

Sepuluh orang terpilih diundang ke Pulau Negro dengan berbagai alasan. Pulau Negro sendiri terletak di seberang Pantai Devon. Pulau yang menjadi berita hangat karena desas desus mengatakan, Pulau Negro sebenarnya dimiliki oleh seorang bintang tenar Hollywood. Ada apa sebenarnya di Pulau Negro?

2. Karakter.

A.  Tuan Justice Wargrave, yang baru saja mengakhiri masa kerjanya sebagai hakim, diundang ke Pulau Negro oleh Lady Constance Culmington.

B.  Vera Daythorne. Seorang guru bermain di sekolah golongan rendah yang beruntung mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris di waktu libur. Surat penerimaan kerja mengharuskan Vera pergi ke Pulau Negro atas panggilan Una Wancy Owen.

C.  Kapten Philip Lombard, menerima tawaran pekerjaan dari seorang yang dia sebut Yahudi Kecil. Isaac Morris, orang Yahudi itu mengatakan bahwa ada klien yang meminta bantuan kapten Lombard di Pulau Negro.

D.  Nona Emily Brent, seorang wanita terhormat berusia 65 tahun. Nona Emily adalah seorang anak kolonel. Dia diundang ke Pulau Negro untuk menginap di sebuah rumah penginapan. Pengundangnya hanya menulis inisial U.N.O. di akhir surat. Dan nona Emily menebak bahwa yang mengundangnya adalah seseorang bernama Oliver.

E. Jendral MacArthur, sedang dalam perjalanan juga menuju pulau Negro, dan dia masih belum bisa mengingat dengan pasti, siapa Owen yang telah mengundangnya.

F.  Dokter Armstrong, seorang dokter terkenal menerima undangan dari seorang bernama Owen yang terlihat sangat mengkhawatirkan kesehatan istrinya. Surat yang diterimanya tidak begitu jelas, tapi cek yang ada dalam surat itu tidak demikian. Untuk itulah, dokter Armstrong memasuki morrisnya menuju Salisbury untuk nanti menuju Pulau Negro.

G. Anthony Marston, pemuda yang memiliki postur tubuh menarik, tingginya hampir dua meter, rambutnya segar, wajah kecoklatan dan mata yang biru. Dia sedang memikirkan siapa keluarga Owen yang mengundang dirinya. Marston hanya berharap bahwa keluarga Owen juga suka minum seperti dirinya. Marston memacu mobilnya menuju Mere dan tujuan utama, Pulau Negro.

H. Tuan Blore, menulis dengan hati-hati di buku catatannya yang kecil. "itulah semuanya," gumamnya, Emily Brent, Vera Daythorne, dokter Armstrong, Anthony Marston, si tua Justice Wargrave, Philip Lombard, Jendral MacArthur, pembantu rumah tangga dan istrinya: tuan dan nyonya Rogers. "delapan lebih satu," katanya dengan tepat.

Ketika tiba di Pulau Negro, mereka baru menyadari bahwa tak seorangpun pernah bertemu dengan orang yang mengundang mereka ke pulau tersebut. Bahkan kedua pembantu rumah tangga (tuan & nyonya rogers) hanya menerima instruksi lewat surat. Meskipun si tuan rumah tidak ada di pulau negro, mereka tetap bisa menikmati fasilitas yang sudah disiapkan disana. Makanan, kamar tidur, dsb sudah tersedia. Setiap orang mendapat kamarnya masing-masing. Dan di setiap kamar terdapat sajak anak-anak yang di tempel di dinding kamar.

Sepuluh anak Negro makan malam; seorang tersedak tinggal Sembilan. 
Sembilan anak Negro bergadang jauh malam; seorang ketiduran, tingal delapan. 
Delapan anak Negro berkeliling Devon; seorang tak mau pulang, tinggal tujuh; 
Tujuh anak negro mengapak kayu; seorang terkapak, tinggal enam. 
Enam anak Negro bermain sarang lebah; seorang tersengat, tinggal lima. 
Lima anak negro ke pengadilan; seorang ke kedutaan, tinggal empat. 
Empat anak negro pergi ke laut; seorang dimakan ikan hering merah, tinggal tiga. 
Tiga anak Negro pergi ke kebun binatang; seorang diterkam beruang, tinggal dua. 
Dua anak negro duduk berjemur; seorang hangus, tinggal satu. 
Seorang anak Negro yang sendirian; menggantung diri, habislah sudah.

Misterinya pun dimulai dari sajak ini.

Ketika malam menjelang, tiba-tiba sebuah gramofon memutarkan rekaman suara seseorang. Rekaman suara itu menuduh kesepuluh orang disana bersalah karena pernah melakukan pembunuhan.

 “Anda semua bertanggung jawab atas tuduhan berikut:

‘Edward George Amstrong, apa yang Anda kerjakan pada tanggal 14 Maret 1925, menyebabkan kematian Louisa Mary Clees.’

‘Emily Caroline Brent, pada tanggal 5 Nopember 1931 Anda bertanggung jawab atas kematian Beatrice Taylor.’

‘William Henry Blore, Anda menyebabkan kematian James Stephen Landor pada tanggal 10 Oktober 1928.’

‘Vera Elizabeth Claythorne, pada tanggal 11 Agustus 1935 Anda membunuh Cyril Ogilve Hamilton.’

‘Philip Lombard, pada bulan Pebruari 1932 Anda bersalah atas kematian dua puluh satu orang suku Afrika Timur.’

John Gordon Macarthur, pada tanggal 14 Januari 1917 Anda dengan sengaja membunuh pacar istri Anda, Arthur Richmond.’

‘Anthony James Marston, pada tanggal 14 Nopember tahun lalu Anda bersalah atas kematian John dan Lucy Combes.’

‘Thomas Rogers dan Ethel Rogers, pada tanggal 6 Mei 1929 Anda menyebabkan kematian Jennifer Brady.’

‘Lawrence John Wargrave, pada tanggal 10 Juni 1930 Anda bersalah atas kematian Edward Seton.’

Terdakwa, apakah Anda ingin mengajukan pembelaan?”

Sontak kesepuluh orang itu tercekat. Mereka bertanya-tanya siapa orang di balik rekaman suara tersebut. Saat mereka mulai menenangkan diri karena kejadian gramofon itu, seseorang menenggak segelas whisky sekaligus lalu mukanya berubah menjadi ungu, tersengal, jatuh dari kursi, lalu gelasnya terlepas. Ia mati.

"Sepuluh anak negro makan malam; seorang tersedak, tinggal sembilan."

Kejadian itu begitu cepat dan tak terduga. Malam pertama di pulau negro dihabiskan dengan sejuta pertanyaan tentang siapa orang di balik rekaman suara dari gramofon itu, bagaimana orang itu mengetahui tentang tuduhan-tuduhan menyeramkan yang ditujukan pada mereka dan kenapa salah seorang dari mereka tiba-tiba mati mendadak. Namun, kejutan pulau negro tak berhenti disitu. Keesokan paginya, salah seorang dari mereka nampak panik. Ia memanggil bantuan karena pagi ini ia tidak bisa membangunkan istrinya. Kematian kedua.

"Sembilan anak negro bergadang jauh malam; seorang ketiduran, tinggal delapan."

Kedelapan orang yang tersisa memutuskan untuk segera meninggalkan pulau negro. Tapi alam tak mengizinkan mereka. Badai datang dan tidak ada perahu yang akan singgah di pulau negro. Di tengah keputusasaan itu, seseorang duduk termenung di tepi pantai. Hingga saat makan siang tiba, ia tak kunjung kembali untuk makan siang. Lalu ketika seseorang lainnya memeriksa, ia kembali membawa mayat ketiga.

"Delapan anak negro berkeliling devon; seorang tak mau pulang, tinggal tujuh."

Setelah ketiga kejadian itu, seseorang ingin memastikan malam ini tidak akan ada lagi yang terbunuh. Dia mengawasi setiap orang masuk dan mengunci kamarnya masing-masing.
Keesokan harinya, setiap orang mulai bangun dan berkumpul di sebuah ruangan rumah mewah itu. Tapi, ada satu orang yang hilang. Orang yang memastikan tidak akan ada lagi permainan anak negro, dia hilang. Keenam orang yang ada disana pun mulai mencari di sekitar rumah. Lalu mereka menemukannya. Orang itu ada di seberang  halaman. Rupanya dia tadi  sedang membelah kayu, dengan sebuah kapak kecil yang masih  dipegangnya dan kapak yang lebih besar lagi tergeletak  menyandar di pintu. Kapak besar itu mempunyai noda yang yang sesuai dengan noda pada  belakang kepalanya.

"Tujuh anak negro mengapak kayu; seorang terkapak, tinggal enam."

Mereka tinggal berenam, dua orang menyiapkan sarapan, dan sisanya memindahkan mayat yang terkapak. Selesai sarapan, mereka duduk bersama, lalu meninggalkan yang seorang karena sedang merasa pusing. Dia yang sendirian, merasa melihat lebah dan mendengar suaranya.

Mereka menemukannya duduk di kursi yang sama ketika mereka meninggalkannya. Dari belakang mereka tidak melihat sesuatu yang aneh. Dan ketika mereka melihat wajahnya tertutup darah dengan bibir biru dan mata melotot kaget,  seseorang berkata "ya Tuhan, dia meninggal! ".

Enam anak Negro bermain sarang lebah; seorang tersengat, tinggal lima. 

Tiba-tiba terdengar teriakan, sontak tiga orang berlari ke arah suara. Ternyata ada yang menggantungkan ganggang di kamar seseorang. Setelah semua selesai, mereka kembali ke ruangan semula.  Seorang yang tadi tidak ikut berlari, nampak duduk di kursi yang bersandaran tinggi di ujung ruangan. Dua buah lilin menyala di sisinya. Dia berselimut merah dengan kepala tertutup wig hakim. Wig itu jatuh ke lantai, menunjukkan dahi yang botak dengan noda bulat ditengahnya bekas sesuatu pernah meledak.

Lima anak Negro ke pengadilan; seorang ke kedutaan, tinggal empat.

Malam itu tersisa empat orang. mereka mengunci diri di kamar masing-masing. lalu seeorang mendengar suara langkah kaki yang halus. segera dia bangun dan membuka pintu,tidak ada siapapun di sana. dia menuju tiga kamar yang lain. Dua orang segera keluar, dan satu orang nampaknya mengunci kamarnya dari luar. Dua orang berkeliling mencarinya. Tapi dia menghilang. Lalu terdengar bunyi kaca pecah. Kaca jendela ruang makan pecah, dan porselen anak Negro tersisa tiga buah. Esok paginya, dua orang yang diam di pantai melihat sesuatu di air. ternyata dia adalah teman mereka yang hilang tadi malam.

Empat anak negro pergi ke laut; seorang dimakan ikan hering merah, tinggal tiga. 

Ikan herring adalah ikan laut yang memiliki warna cerah keperakan. Sekilas mirip bandeng namun memiliki panjang tubuh yang jauh lebih pendek. Ikan herring merupakan ikan yang penting peranannya dalam rantai makanan perikanan laut, karena ikan ini merupakan ikanyang dijadikan makanan utama hampir semua predator laut seperti ikan tuna, ikan hiu, ikan lumba – lumba, ikan paus, singa laut dan lain – lain. Perkembangan ikan ini di laut bebas merupakan indikator keberadaan ikan besar yang menjadi pemangsa mereka. Tapi ikan Hering disini bukan betul – betul ikan herring, ikan herring dalam perumpamaan Inggris adalah pengalih perhatian.

"Ada sesuatu yang gaib pada sebuah pulau - bahkan kata "pulau" itu sendiri memberikan arti yang fantastis. Engkau terpisah dari dunia - sebuah pulau adalah suatu dunia tersendiri. Mungkin suatu dunia, dimana engkau tak akan pernah kembali". (hlm 35)

Cuaca di Pulau semakin memburuk seiring memburuknya situasi psikologi dan mental mereka serta kematian yang masih menghantui. Pasang air laut masih tinggi, tidak akan ada kapal yang akan bisa mendekat ke pulau seandainya permintaan SOS mereka yang telah berhari-hari mereka buat dan diabaikan kini diperhatikan seseorang.

Mereka masih terpisah dari dunia luar

"Tiga anak Negro ke kebun binatang"

Mereka seperti berada di dalam kebun binatang. Terperangkap dan menunggu ajal. Tiga orang MASIH tersisa. Salah satu membawa pistol. Mereka memutuskan berkumpul di luar rumah.    Bersama-sama agar lebih aman dan lebih cepat mengeathui bila ada bantuan yang datang ke pulau.

Jam makan siang. Salah satu memutuskan kembali ke rumah untuk makan. Dua yang bertahan di luar kembali berdiskusi sengit siapakah pembunuhnya (apakah orang yang tadi kembali) dan membicarakan kejahatan masa lalu mereka. Lalu mereka mendengar jeritan dari arah rumah. Teman mereka kembali berkurang. Ia tewas dengan kepala hancur karena dihantam batu marmer. Jam Marmer berbentuk beruang.

"Seorang diterkam beruang, tinggal dua"

Teman mereka dihantam batu marmer yang sepertinya entah jatuh atau dijatuhkan dari atas kamar. Salah SATU kamar dari penghuni yang masih hidup. Salah satu kamar mereka berdua
Jadi tinggal dua. Tidak ada seorang pun di pulau ini kecuali mereka sebelumnya dan mereka berdua yang tersisa. "Karena bukan aku pelakunya, maka pasti kamu. Kamu pasti menggunakan trik sehingga ia bisa dihantam batu dari atas kamar".

Dan salah satu dari mereka masih membawa pistol. Terisi peluru. Dua Anak Negro duduk berjemur. Mereka kembali memutuskan ke luar rumah. Dekat batu karang.

"Dua Anak Negro duduk berjemur Seorang hangus, tinggal satu"

Dan pistol meletus. Menembus jantung salah satu dari mereka.

Tinggal satu.

Tidak ada ketakutan lagi.   Tidak ada kengerian lagi.  Semuanya seperti mimpi. Satu orang itu dengan linglung kembali ke rumah.  Seluruh rumah sepi dan kosong. Hanya ada mayat-mayat dan perabotan rumah serta dinding bisu. Dan saat pintu ia buka. Seutas tali menggantung. Diikat jerat siap untuk dipakai.  Ia mengingat kejahatan masa lalunya. Lalu lirik terakhir pada sajak.

"Seorang anak Negro yang sendirian. Menggantung diri...."
Dan ia naik ke kursi. Memasang tali ke leher. Dan menyepak kursinya.

Habislah Sudah"

Semua orang terbunuh dan tak ada yang selamat.  Lantas siapa pembunuhnya?
Bagian epilog dlm novel ini akan menjelaskan hal tersebut.

Membaca novel ini seperti bermain trivia. Ibaratnya masing-masing kartu berisi nama karakter dan kita menebak-nebak siapa yang bakal dibunuh selanjutnya dan siapa pembunuh sebenarnya? Setelah membaca buku ini, meski karakter dlam novel ini cukup banyak, saya masih mampu mengingat semua tokoh dalam novel ini beserta karakter khas mereka.

Vera, gadis rapuh yang menarik.
Emily, Perawan tua yang fanatik agama.
Lombard, Petualang nyantai tapi akan bertindak melakukan apapun demi lolos dari situasi yang buruk.
Blore, Polisi yang memanfaatkan jabatannya untuk kepentingannya.
Marston, Pemuda ganteng yang tidak begitu peduli dengan konsekuensi segala hal yang dilakukannya.
McArcthur, Jenderal yang masih belom move on dari istrinya yang sudah meninggal.
Pasangan pelayan rogers yang loyal dan berdedikasi.
Wargrave, hakim cerdik dan idealis.
Armstrong, Dokter yang kecanduan minuman.

Masing-masing karakter penokohannya cukup kuat dijabarkan oleh AC.

Kelemahan pada buku ini bagi tim diskusi cuma satu : alasan buat membunuh itu nggak kuat. Tapi mengingat latar tahunnya, sepertinya waktu itu orang-orang lebih sensitif.

Dan inilah yang sedikit banyak kadang membuat kita terpancing emosinya utk berpihak pada salah satu karakter dan menuduh karakter lain Kalau diinget lagi Lombard ini yang terbanyak dituduh membunuh ya, satu suku afrika.

Ini novel yang dianggap karya paling hebat Agatha Christie. Salah satu yang membedakan novel ini dg buku lain adalah masing-masing karakter sepertinya memiliki masa lalu yang disembunyikan. Sesuatu yang melengkapi karakter mereka. Kekurangan novel ini ada di terjemahannya, kadang sedikit membingungkan bahasanya, tapi untuk novel terjemahan, ini termasuk bagus. Karena nuansa misterinya tetap terasa.

Dan pembunuhnya memang cerdas menurutku. Jadi selain membuat kita mencoba2-mencoba memecahkan  misteri plot utama, kita juga dipaksa "menjugde" atau "menghakimi" masing-masing karakter.

Salah satu hal yang bikin kagum dari penulis genre misteri ini adalah keahlian mereka meramu jalan cerita, bikin trik-trik yang gak terbayang. Keren ya

Apakah mereka benar-benar bersalah?  Dan jika benar bersalah, layakkah mati?  Ataukah selamat? Kalau dikasih pilihan semacam wild card, kalian milih siapa yang perlu diselamatkan dan memang pantas mati? Mantan hakim yang memvonis tahanan tak bersalah? Perawat yang membunuh anak asuhannya? Petualang yang membunuh secara tak langsung 20 orang suku afrika? Perawan tua yang mengusir baby sitter hamil dan membuatnya bunuh diri? Pensiunan jenderal yang membunuh selingkuhan istrinya? Dokter malpraktek? Pemuda ugal-ugalan yang menabrak mati 2 anak kecil? Polisi yang memanfaatkan jabatannya? Atau duo pelayan yang membunuh majikannya? Siapa yang layak diampuni dan diberi kesempatan kedua?

Dalam sinopsis di atas sebenarnya banyak sekali spoiler bertebaran tapi memang sangat sulit mendiskusikan buku ini tanpa spoiler. Buku ini bisa dibilang buku sekali baca. Membaca yang kedua kalinya tak akan sama lagi. Seperti cinta pertama sekali kau mengetahui twist-twistnya, kamu pasti setuju rasanya tak sama seperti pertama kali membaca. Kau mungkin membacanya mungkin untuk yang kedua atau setelah membaca spoiler sedikit-sedikit.Tapi rasanya tak akan seperti membaca untuk pertama kalinya. 

Plot "Salah satu dari kota adalah pembunuhnya tapi kita tak tahu yang mana" sepertinya kemudian banyak menginspirasi karya-karya orang lain di jaman setelahnya. Acara-acara drama TV, novel, komik sering menggunakan plot ini.

Tapi yang membedakan adalah Agatha Christie tak hanya secara acak membunuh korbannya,  tapi juga memanipulasi mereka dan bahkan menikmatinya. Meski mereka terbukti bersalah. Layakkah mereka dipilih dan dijadikan permainan main hakim sendiri, baik secara psikologi dan fisik? Pertanyaan yang tak mudah. Dan Agatha Christie enggak kasih jawaban mudah.

Plot "mengumpulkan yang bersalah dan menghakimi satu2" juga banyak ditiru. Mungkin ada yang lihat film The Saw dengan sang hakim dalam kursi roda pake topeng aneh.

Ada beberapa poin aneh tapi sudah menjadi budaya orang Inggris.

Yang pertama Budaya Minum Teh

Maksudnya begini, ada orang terbunuh, mayatnya di kamar sebelah. Kita jadi giliran selanjutnya. Pembunuhnya belum ditemukan. Apa yang harus kita lakukan?? Well, Kita tetap harus sarapan, makan 3x sehari dan tentu saja minum teh dengan tenang sambil membicarakan tema-tema menarik. Bukankah ini sore yang indah?

Lalu yang kedua pelayannya seseorang mengetahui kejahatanku di masa lalu dan bangsat itu membunuh istriku apa yang harus kulakukan? Ya tentu saja aku masih pelayan, orang-orang terhormat di sini masih perlu dilayani, mereka perlu makan 3x sehari dan aku ttp harus bersikap seperti pelayan professional. Aku harus memasak telur dan memotong kayu.

Lalu yang ketiga.

Sikap kesopanan dan rasa menghormati antar sesama meski berada dlm situasi mencekam dibayang-bayangi kematian. Mereka tetap bersikap dan berbahasa sopan dengan lawan bicara tetap lanjut bersosialisasi dan makan bersama.

Yang keempat.

Tentang kelas orang terhormat, setiap orang sepakat untuk berkumpul dan bekerja sama serta hati-hati tapi sang pelayan yang baru kehilangan istrinya tidak dihitung. Si pelayan ga masuk dlm kelas terhormat untuk disejajarkan, bahkan dalam kelas yang mungkin dialah pembunuhnya dan mengincar mereka semua.


*****

Tim #GhibahBuku 10 Anak Negro : Prahasti Suyaman, Muchson D. Fatoni, Putri Cahyaning.



Terima kasih,

Klub Buku Indonesia


2

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com