Edgar Allan Poe

Edgar Allan Poe
source : Poe Museum



Edgar Allan Poe lahir di Boston, pada 19 Januari 1809. ia adalah anak kedua dari aktris kelahiran Inggris, Elizabeth Arnold Hopkins Poe dan aktor David Poe Jr. Dia memiliki kakak, William Henry Leonard Poe, dan seorang adik perempuan, Rosalie Poe. kakek mereka, David Poe Sr, beremigrasi dari Cavan, Irlandia, ke Amerika sekitar tahun 1750. Edgar mungkin telah dinamai sesuai dengan karakter di naskah drama karya William Shakespeare berjudul King Lear, sebuah drama yang pertama kali ditampilkan di tahun 1809.

Ayahnya meninggalkan keluarga mereka pada tahun 1810, dan ibunya meninggal setahun kemudian karena tubercolusis. Poe kemudian dibawa ke rumah John Allan, seorang pedagang sukses dari Skotlandia di Richmond, Virginia, yang berurusan dalam berbagai barang termasuk tembakau, kain, gandum, batu nisan, dan budak, serta cinta. keluarga Allans kemudian berperan sebagai sebuah keluarga asuh bagi Edgar dan memberinya nama keluarga tambahan sehingga menjadi "Edgar Allan Poe". Meskipun mereka tidak pernah secara resmi mengadopsinya.


Edgar Allan Poe kemudian dibaptis di Gereja Episkopal pada 1812. John Allan bergantian dengan sang istri mendisiplinkan sifat manja dan agresif anak asuhnya. Keluarga itu, termasuk Poe dan istri Allan, Frances Valentine Allan, berlayar ke Inggris pada tahun 1815. Poe sekolah dasar di Irvine, Skotlandia (di mana John Allan lahir) untuk waktu yang singkat pada tahun 1815, sebelum bergabung kembali dengan keluarga besar di London pada 1816. Di sana ia belajar di sekolah asrama di Chelsea sampai musim panas 1817. Lalu dia belajar pada Pendeta John Bransby di Manor House School di Stoke Newington, 4 mil (6,4 km) utara London. Poe pindah kembali dengan Allans ke Richmond, Virginia pada tahun 1820. Pada tahun 1824 Poe menjadi seorang letnan dari the Richmond youth honor guard saat Richmond merayakan kunjungan Marquis de Lafayette. Pada bulan Maret tahun 1825, paman John Allan, William Galt, yang saat itu bisa dikatakan sebagai salah satu orang terkaya di Richmond, meninggal dan mewariskan kepada Allan beberapa are real estate. Warisan itu diperkirakan mencapai US $ 750.000,-

Pada musim panas 1825, Allan merayakan kekayaan ekspansif nya dengan membeli rumah bata dua lantai. Poe mungkin telah bertunangan dengan Sarah Elmira Royster sebelum ia terdaftar di University of Virginia pada Februari 1826 untuk belajar bahasa kuno dan modern. Universitas itu, dalam masa pertumbuhannya, didirikan pada cita-cita pendirinya, yaitu Thomas Jefferson, sesungguhnya mempunyai aturan yang ketat terhadap perjudian, kuda, senjata, tembakau dan alkohol, tetapi aturan ini pada umumnya diabaikan. Di sana Jefferson telah memberlakukan sebuah sistem pemerintahan mahasiswa sendiri, yang memungkinkan siswa untuk memilih studi mereka sendiri, membuat pengaturan untuk boarding mereka sendiri, dan melaporkan semua kesalahan ke fakultas. Sistem yang unik tetapi masih dalam tahap pilot sehingga masih banyak kekacauan, dan terdapat tingkat putus sekolah yang tinggi.

Selama waktunya di sana, Poe kehilangan kontak dengan Royster dan juga menjadi terasing dari ayah angkatnya sendiri, sehingga lebih banyak memenuhi kebutuhannya dengan utang. Poe mengklaim bahwa Allan tidak memberinya uang yang cukup untuk mendaftar kelas, membeli buku teks, serta asrama. Allan mengirim uang tambahan dan pakaian, tapi utang Poe tetap meningkat. Poe menyerah perihal universitas setelah pendidikannya berusia satu tahun, dan karena tidak merasa diterima di Richmond, terutama ketika ia mengetahui bahwa kekasihnya Royster telah menikah dengan Alexander Shelton, ia melakukan perjalanan ke Boston pada bulan April 1827, bertahan hidup dengan kerja serabutan sebagai pegawai dan penulis di koran. Pada titik tertentu ia mulai menggunakan nama samaran Henri Le Rennet. Karena Tidak dapat membiayai hidupnya sendiri, pada 27 Mei, 1827, Poe mendaftar di Angkatan Darat Amerika Serikat sebagai prajurit. Menggunakan nama "Edgar A. Perry", ia mengklaim ia berusia 22 tahun meskipun dia baru berusia 18. Ia pertama kali bertugas di Fort Independence di Boston Harbor demi lima dolar per bulan.

Pada tahun yang sama, ia merilis buku pertamanya, sebuah koleksi puisi sebanyak 40-halaman , Tamerlane and Other Poems, dengan mencantumkan anonim "oleh orang Boston". Hanya 50 eksemplar yang dicetak, dan buku tersebut tidak mendapat apresiasi dari khalayak. Karena pada waktu itu nama Poe belum terkenal dan sedang terjadi krisis industri buku. Resimen Poe kemudian dipindah ke Fort Moultrie di Charleston, Carolina Selatan. mereka pergi dengan kapal ke penjara Waltham pada 8 November, 1827. Poe dipromosikan menjadi "artificer", seorang tamtama yang bertugas menyiapkan barak/markas untuk artileri, dan memiliki gaji bulanannya dua kali lipat. Setelah bertugas selama dua tahun dan mencapai pangkat Sersan Mayor untuk Artileri (peringkat tertinggi yang dapat dicapai seorang bintara), Poe berusaha untuk mengakhiri masa tugasnya lima tahun lebih awal. Dia mengungkapkan nama dan keadaannya yang sebenarnya kepada komandannya, Letnan Howard. Howard hanya akan membebastugaskan Poe jika ia sudah berdamai dengan John Allan. Poe menulis surat kepada Allan, yang tidak terlalu simpatik padanya.

Beberapa bulan berlalu dan permohonan itu diabaikan oleh Allan; Allan tidak menulis balasan untuk Poe dan bahkan membuat poe terlambat mengetahui penyakit ibu angkat nya. Frances Allan meninggal pada tanggal 28 Februari 1829, dan Poe baru mengunjunginya  sehari setelah pemakaman nya usai. Mungkin melunak karena kematian istrinya, John Allan sepakat untuk mendukung upaya Poe untuk dibebastugaskan dari Akademi Militer Amerika Serikat di West Point.
Poe pindah kembali ke Baltimore untuk sementara waktu, untuk tinggal dengan bibinya, janda Maria Clemm, putrinya, Virginia Eliza Clemm (sepupu pertama Poe), saudaranya Henry, dan neneknya Elizabeth Cairnes Poe. Sementara itu, Poe menerbitkan buku kedua, Al Aaraaf, Tamerlane and litle poems, di Baltimore pada tahun 1829.

Pada bulan Oktober tahun 1830, John Allan menikah dengan istri keduanya, Louisa Patterson.  Pernikahan dan pertengkaran sengit dengan Poe atas anak yang lahir, menyebabkan bapak angkat akhirnya tidak mengakui Poe. Dia berangkat ke New York pada bulan Februari tahun 1831, dan merilis buku puisi volume ketiganya, yang berjudul Poems. Buku ini terbit setelah dibiayai dengan bantuan dari sesama kadet di West Point, banyak di antaranya menyumbangkan 75 sen, yang kesemuanya menjadi total berjumlah $ 170. Mereka mungkin berharap poe menulis versi lain dari karya satir tentang komandan mereka yang pernah ditulis oleh Poe.

Buku itu dicetak oleh Elam Bliss dari New York, dikutip sebagai "Edisi Kedua", termasuk halaman terima kasih, "Volume ini didedikasikan dengan hormat untuk Korps kadet." Buku ini kemudian dicetak ulang bersama puisi panjang "Tamerlane", “Little Poems”,  dan "Al Aaraaf", juga beserta enam puisi lain yang pernah dipublikasikan sebelumnya termasuk versi awal dari "Untuk Helen", "Israfel", dan "The City in the sea". Ia kembali ke Baltimore, tinggal bersama bibinya, saudara dan sepupu, Maret 1831. Kakaknya Henry, yang telah lama sakit, sebagian karena masalah dengan alkohol, meninggal pada 1 Agustus 1831. Setelah kematian kakaknya, Poe memulai upaya yang lebih sungguh-sungguh untuk memulai karirnya sebagai penulis. Sayangnya Dia memilih waktu yang sulit dalam penerbitan buku di Amerika untuk melakukannya. Dia adalah yang pertama terkenal di Amerika sebagai penulis yang mencoba untuk bertahan hidup dari menulis dan terhambat oleh kurangnya hukum tentang hak cipta internasional. Penerbit sering membeli salinan bajakan dari karya Berbahasa inggris daripada membayar untuk karya baru dari Amerika. industri ini juga sangat terluka oleh peristiwa Panic of 1837(kalau sekarang ya namanya krisis moneter lah ya). Meskipun pertumbuhan majalah di Amerika mengalami booming pada periode ini, (hal ini didorong sebagian oleh teknologi baru), banyak yang tidak mampu bertahan melampaui berbagau masalah dan penerbit sering menolak untuk membayar penulis atau membayar mereka jauh lebih sedikit dari yang mereka janjikan. Poe, dengan seluruh usahanya untuk hidup penuh dari menulis, membuatnya berulang kali harus membuat permohonan memalukan untuk mendapatkan uang dan bantuan lainnya.

Setelah upaya awal dengan menulis puisi, Poe kemudian mengalihkan perhatiannya ke prosa. Dia menulis beberapa cerita di Philadelphia publication dan mulai mengerjakan satu satunya naskah drama yang pernah ia buat, Politian. Baltimore Saturday Visiter memberikan penghargaan kepada Poe pada Oktober 1833 untuk cerita pendeknya "MS. Found in a Bottle"(kebayang ga ceritanya dari judul itu?). Cerita itulah yang kemudian membawanya kepada John P. Kennedy, orang Baltimore dengan sarana(di industri buku) yang cukup. Dia membantu Poe memuat beberapa ceritanya, dan memperkenalkannya kepada Thomas W. White, editor dari Southern Sastra Messenger di Richmond. Poe kemudian menjadi asisten editor berkala pada bulan Agustus 1835, tetapi dipecat dalam beberapa minggu karena tertangkap mabuk oleh bosnya.

Kembali ke Baltimore, Poe diam-diam menikahi Virginia, sepupunya, pada tanggal 22 September 1835. Dia berumur 26 dan virginia 13 tahun, meskipun ia terdaftar di surat nikah sebagai perempuan berumur 21 tahun. Image Poe sebagai asisten editor Dipulihkan oleh Putih setelah menjanjikan bahwa Poe akan berperilaku baik, sementara itu, Poe kembali ke Richmond untuk tinggal dengan Virginia dan ibunya. Dia tetap di Messenger sampai Januari 1837. Selama periode ini, Poe mengklaim bahwa hasil karyanya meningkat. Ia menerbitkan beberapa puisi, resensi buku, kritik, dan cerita di koran. Pada tanggal 16 Mei 1836, ia menggelar upacara pernikahannya di Richmond dengan Virginia Clemm, kali ini di depan umum.  Pada musim panas 1839, Poe menjadi asisten editor Majalah Burton Gentleman. Ia menerbitkan banyak artikel, cerita, dan ulasan, meningkatkan reputasinya sebagai kritikus tajam yang telah kembangkan di Southern Literary Messenger. Juga pada tahun 1839, koleksi 'Tales of Grotesque dan Arabesque' diterbitkan dalam dua volume, yang membuat ia menghasilkan sedikit uang dari buku itu dan banyak menerima ulasan yang beragam. Poe meninggalkan Burton setelah satu tahun bekerja di sana dan mendapatkan posisi sebagai asisten di Majalah Graham.

Pada bulan Juni 1840, Poe mengumumkan niatnya untuk memulai jurnal sendiri, The Stylus. Awalnya, Poe bermaksud untuk memberi nama jurnalnya dengan The Penn. pada 6 Juni 1840 dalam Philadelphia Saturday Evening Post, Poe membeli sebuah kolom iklan untuk rencananya: "Majalah Penn, jurnal Sastra Bulanan yang akan diedit dan diterbitkan di kota Philadelphia oleh Edgar A. Poe." Jurnal itu sendiri tidak pernah diproduksi sebelum kematian Poe. Pada periode ini, ia berusaha untuk mengamankan posisi administrasi dari presiden Tyler, ia mengklaim bahwa ia adalah seorang anggota Partai Whig.  Ia berharap untuk diangkat ke Custom House di Philadelphia dengan bantuan dari putra presiden Tyler Robert, seorang kenalan dari teman Poe, Frederick Thomas. Poe sendiri pada akhirnya tidak pernah muncul untuk pertemuan dengan Thomas untuk membahas pengangkatannya pada pertengahan September 1842; ia mengaku telah sakit, meskipun Thomas percaya bahwa ia sebenarnya telah mabuk. Meskipun ia berjanji memberi tempat untuk Poe, tetapi semua posisi akhirnya diisi oleh orang lain.

Suatu malam di bulan Januari 1842, Virginia menunjukkan tanda-tanda pertama dari consumption, sekarang dikenal sebagai TBC, sambil bernyanyi dan bermain piano. Poe menggambarkannya sebagai memecahkan pembuluh darah di tenggorokannya. Poe mulai minum lebih banyak lagi di bawah stres akibat penyakit Virginia. Dia pergi ke Graham magazine dan berusaha untuk menemukan posisi baru, untuk menarik perhatian dari pemerintah. Ia kembali ke New York, di mana ia bekerja sebentar di Evening Mirror sebelum menjadi editor di Broadway Journal dan, kemudian, pemilik tunggal. Di sana ia mengasingkan diri dari penulis lain dan secara publik menuduh Henry Wadsworth Longfellow atas plagiarisme, meskipun Longfellow sendiri tidak pernah menanggapi tuduhan itu.

Pada tanggal 29 Januari, tahun 1845, puisinya "The Raven" muncul di Evening Mirror dan menjadi sensasi populer. Puisi itu membuat Poe menjadi terkenal hampir seketika itu jua, dan ia hanya dibayar hanya $ 9 untuk publikasi the raven. Hal itu bersamaan dengan diterbitkannya sebuah Review: A Whig Journal dengan nama samaran "Quarles". The Broadway Journal sendiri berakhir mengenaskan pada tahun 1846. Lalu Poe pindah ke sebuah pondok di Fordham section dari Bronx. Rumah yang, hari ini dikenal sebagai "Poe Cottage", ada di sudut tenggara dari Grand Concourse dan Kingsbridge Road, di mana ia berteman dengan para Yesuit di St. John terdekat (sekarang Fordham University).

Virginia meninggal di sana pada tanggal 30 Januari 1847. Penulis biografi dan kritikus sering mengatakan bahwa tema Poe yang seringkali berupa "kematian seorang wanita cantik" itu berasal dari hilangnya secara berulang perempuan-perempuan sepanjang hidupnya(nah kira kira om nick yang sering kehilangan/menghilangkan(?) wanita-wanita cantik dalam karir travelingnya, akankah bakal menyaingi Poe?), termasuk istrinya. Semakin tidak stabil setelah kematian istrinya, Poe mencoba untuk merayu penyair Sarah Helen Whitman, yg tinggal di Providence, Pulau Rhode. Namun, setelah berhasil, pertunangan mereka kemudian batal, karena kebiasaan minum dan kelakuan tidak senonoh Poe. Ada bukti kuat bahwa Ibu Whitman ikut campur dan melakukan banyak hal utk menggagalkan hubungan mereka. Poe kemudian kembali ke Richmond dan melanjutkan hubungannya dengan teman masa kecilnya, Elmira Royster.

Pada tanggal 3 Oktober 1849, Poe ditemukan di jalanan Baltimore sedang mengigau dalam tidurnya, "dalam kesulitan besar, dan ... membutuhkan bantuan segera", menurut pria yang menemukannya, Joseph W. Walker. Ia dibawa ke Washington Medical College, di mana ia meninggal pada Minggu, 7 Oktober, 1849, pukul 5:00 pagi. Poe tidak pernah terdengar masuk akal ketika menjelaskan bagaimana dia bisa berada dalam kondisi yang mengerikan, Dan, dengan anehnya memakai pakaian yg bukan miliknya. Poe dikatakan telah berulang kali memanggil nama "Reynolds" pada malam sebelum kematiannya, meskipun tidak jelas kepada siapa dia merujuk. Beberapa sumber mengatakan kata-kata terakhir Poe adalah "Tuhan membantu jiwa miskinku." Semua catatan medis, termasuk sertifikat kematiannya, telah hilang. Fyi gaes, bahkan kematian poe aja menjadi mistery nggak cuma cerpen cerpennya. Koran pada saat itu melaporkan bahwa kematian Poe sebagai "kemacetan otak" atau "radang otak", eufemisme umum untuk kematian akibat penyebab jelek seperti alkoholisme. Penyebab sebenarnya dari kematian tetap menjadi misteri. Salah satu spekulasi yang beredar sudah termasuk tremens delirium, penyakit jantung, epilepsi, sifilis, radang meningeal, kolera dan rabies. Salah satu teori yang berkembang, berasal dari tahun 1872, mengindikasikan bahwa cooping -in warga yang tidak mau memilih salah satu calon tertentu dalam sebuah proses pemilu pada akhirnya dilenyapkan/dibunuh;adalah penyebab kematian Poe.

Hari ketika Edgar Allan Poe dimakamkan, sebuah obituari panjang muncul di New York Tribune yang diatasnamakan "Ludwig". Ia segera diterbitkan di seluruh negeri, tulisan itu dimulai dengan, "Edgar Allan Poe sudah mati. Dia meninggal di Baltimore sehari sebelum kemarin. Pengumuman ini akan mengejutkan banyak orang, tetapi hanya sedikit yang akan berduka dengan itu. "Ludwig" di kemudian hari segera diidentifikasi sebagai Rufus Wilmot Griswold, editor, kritikus dan penyusun kumpulan sajak yang menyimpan dendam/iri pada Poe sejak 1842. Griswold entah bagaimana menjadi eksekutor sastra Poe dan berusaha untuk menghancurkan reputasi musuhnya setelah kematiannya. Rufus Griswold menulis sebuah artikel biografi Poe disebut "Memoir of The Author", di mana ia termasuk di antara 1850 karya. Griswold menggambarkan Poe sebagai seorang bejat, pemabuk, kacau dan gila karena obat-obatan serta memasukkan surat-surat Poe sebagai bukti.

Banyak dari klaim Griswold itu entah berupa kebohongan atau terdistorsi setengah kebenaran. bisa dibilang meragukan sih. Sebagai contoh, sekarang diketahui bahwa Poe bukan pecandu narkoba. Buku Griswold ini dikecam oleh orang-orang yang tahu siapa Poe, tetapi kemudian dapat diterima oleh khalayak dan menjadi populer. Hal ini terjadi sebagian karena itu adalah satu-satunya full biografi yang tersedia dan secara luas dicetak ulang dan sebagian karena pembaca senang memikirkan bahwa ia sedang membaca karya seorang 'an evil man'. Surat yang disajikan Griwold sebagai bukti penggambaran Poe ini yang kemudian terungkap sebagai tindak pemalsuan.

Karya fiksi Poe biasa dikenal dengan tulisan Gothic genre yang dia geluti untuk memenuhi selera publik. Tema-Nya yang paling berulang acapkali menyinggug perihal pertanyaan-pertanyaan tentang kematian, termasuk tanda-tanda fisiknya, efek dari dekomposisi, penguburan yang tidak wajar, menghidupkan kembali orang mati, dan kedukaan. Banyak dari karya-karyanya umumnya dianggap sebagai bagian dari romantisme bergenre gelap, sebuah reaksi sastra untuk transendentalisme, yang sangat tak disukai oleh Poe. Poe pernah menulis dalam sebuah surat kepada Thomas Holley Chivers bahwa ia tidak menyukai transendentalis. Di luar horor, Poe juga menulis satir, cerita humor, dan hoax. Untuk efek komik, ia menggunakan ironi dan pemborosan menggelikan, seringkali sebagai upaya untuk membebaskan pembaca dari kesesuaian budaya.

"Metzengerstein", cerita pertama yang Poe diketahui telah diterbitkan, dan invasi pertama Poe ke dalam cerita horor, pada awalnya dimaksudkan sebagai Burlesque satir dari genre populer. Burlesque itu artinya olok-olok, bhan tertawaan. Poe juga menciptakan kembali genre fiksi ilmiah dalam gayanya, menanggapi secara tertulis untuk munculnya teknologi baru seperti balon udara di cerita "The Balloon-Hoax". Poe banyak menulis karyanya dengan menggunakan tema khusus yang ditujukan untuk memenuhi selera pasar secara massal. Untuk itu, fiksinya sering memasukkan unsur pseudosciences populer seperti phrenology dan fisiognomi.

Poe juga menjabarkan teori sastranya, yang disajikan dalam kritiknya dan juga di esai seperti "The Poetic Prinsip". Dia tidak menyukai kecenderungan akan penyampaian pesan moral yang mencolok dan alegori, meskipun ia percaya bahwa makna dalam sastra harus terpendam di bawah permukaan. Poe berkata bahwa Bekerja(menulis) dengan makna yang jelas, membuat tulisan/karya telah berhenti menjadi seni. Ia percaya bahwa karya yang berkualitas harus singkat dan fokus pada efek tunggal tertentu. Untuk itu, ia percaya bahwa penulis harus hati-hati menghitung setiap sentimen dan ide.

Dalam "The Philosophy of Composition", sebuah esai di mana Poe menjelaskan metodenya dalam menulis "The Raven", ia mengklaim telah secara ketat mengikuti metode ini. Telah mempertanyakan apakah ia benar-benar mengikuti sistem ini. TS Eliot mengatakan: "Sulit bagi kita untuk membaca esai tersebut tanpa memikirkan bahwa jika Poe menge-plot puisi puisinya keluar dari perhitungan seperti itu, ia mungkin telah mencoba lebih lagi di atasnya. Hasilnya sangat sesuai dengan metode itu." Penulis biografi Joseph Wood Krutch menjelaskan esai itu sebagai sebuah "latihan yang sangat cerdik dalam seni rasionalisasi".

Selama hidupnya, Poe sebagian besar diakui sebagai kritikus sastra. Rekan sesama kritikus, James Russell Lowell, menyebutnya "paling diskriminatif, filosofis, dan tak kenal takut untuk mengkritik karya imajinatif apapun yang pernah ditulis di Amerika", menunjukkan(secara retorik)bahwa ia kadang-kadang menulis kritik dengan menggunakan asam prussic, dan bukan tinta. Ulasan-ulasan kaustik Poe,  membuatnya mendapatkan reputasi sebagai "tomahawk man". hal ini mengacu pada rudal tomahawk yang tujuannya adalah untuk menghancurkan target. Sebuah target favorit dari kritik Poe adalah seorang penulis asal Boston yang  kemudian-diakui sebagai penyair, Henry Wadsworth Longfellow, yang sering dibela oleh teman-temannya dari kalangan sastrawan dalam sebuah adu argumen yang kemudian disebut sebagai "The Longfellow War". Poe menuduh Longfellow sebagai "ajaran sesat dari didaktik", menulis puisi yang berkhotbah, turunan, dan secara tematis hanya menjiplak. Poe telah dengan tepat memprediksi bahwa reputasi dan gaya puisi Longfellow akan menurun, mengatakan bahwa "Kami mengakui kualitas tinggi puisinya, namun kami tidak setuju bahwa (puisi)Dia sebagai Masa Depan".

Poe juga dikenal sebagai penulis fiksi dan menjadi salah satu penulis Amerika pertama di abad ke-19 yang menjadi lebih populer di Eropa daripada di Amerika Serikat. Poe terutama dihormati di Perancis, sebagian karena terjemahan awal karya karyanya dikerjakan oleh Charles Baudelaire. Terjemahan Baudelaire menjadi penafsiran definitif atas kerja Poe di seluruh Eropa.  Cerita fiksi detektif awal Poe menampilkan karakter C. Auguste Dupin, yang mana telah meletakkan dasar bagi masa depan dari karakter detektif di dalam literatur. Sir Arthur Conan Doyle mengatakan, "Setiap (cerita detektif Poe) adalah akar dari mana seluruh literatur detektif dikembangkan .... di mana sih kisah detektif sampai akhirnya Poe meniupkan nafas kehidupan ke dalam cerita detektif?" tanyanya kemudian. Para penulis misteri dari Amerika memberi nama penghargaan mereka untuk penulis terbaik di genre itu dengan "Edgars". Karya Poe juga mempengaruhi tulisan fiksi ilmiah, terutama Jules Verne, yang menulis sekuel novel Poe 'The Narrative of Arthur Gordon Pym of Nantucket' disebut 'An Antartyc Mistery', yang juga dikenal sebagai 'The Sphinx of Ice Fields'.

Penulis Fiksi ilmiah lainnya, HG Wells mencatat, "Pym menceritakan dengan sangat cerdas apa yang bisa dibayangkan oleh pikiran manusia tentang  suatu wilayah kutub selatan beberapa abad yang lalu." Seperti banyak seniman terkenal lainnya, karya-karya Poe ini telah melahirkan para peniru. Salah satu tren di kalangan peniru Poe adalah klaim oleh peramal atau paranormal yang mengatakan "menyampaikan" puisi yang diterima langsung dari arwah Poe. Salah satu yang paling terkenal adalah Lizzie Doten, yang pada tahun 1863 menerbitkan 'Poems from Inner Life', di mana ia mengaku telah "menerima" komposisi baru dari arwah Poe. Komposisi baru dari salah satu puisi Poe yang terkenal seperti "The Bells" yang ditulis ulang, tapi dengan sudut pandang baru, pandangan yang positif.

Bagaimanapun, Poe tidak hanya menerima pujian di Amerika, tapi kritik juga. Hal ini sebagian karena persepsi negatif dari karakter pribadinya dan pengaruhnya terhadap reputasinya. William Butler Yeats kadang kadang melemparkan pandangan kritis kepada Poe, pernah sekali ia menyebut Poe "vulgar". Transcendentalist Ralph Waldo Emerson bereaksi terhadap "The Raven" dengan mengatakan, "Saya tidak melihat ada apapun di sana(the raven)",  dan mengejek Poe sebagai "the jingle man". Aldous Huxley menulis bahwa tulisan Poe "telah jatuh ke vulgar" dengan menjadi "terlalu puitis" -yang setara dengan(ibaratnya) mengenakan cincin berlian di setiap jari.

Hingga hari ini diyakini bahwa hanya 12 eksemplar buku pertama Poe, Tamerlane and Other Poems, yang selamat. Pada bulan Desember 2009, satu salinan dijual di rumah lelang Christie, New York untuk $ 662.500, sebuah rekor harga yang dibayarkan untuk sebuah karya sastra Amerika.
Eureka: sebuah puisi prosa, essai yang ditulis tahun 1848, termasuk teori kosmos, pertanda  teori bigbang setelah 80 tahun kemudian, juga sebagai solusi valid pertama untuk paradoks Olbers.  Poe menghindari metode penulisan ilmiah dalam Eureka dan menulis murni berdasarkan intuisi. Untuk alasan ini, dia menganggap Eureka sebagai karya seni bukan ilmu pengetahuan. Tapi tetap kukuh menyatakan kebenarannya dan menganggapnya sbg masterpiece. Walaupun begitu, Eureka penuh dengan kesalahan ilmu pengetahuan. Secara langsung, Poe mengabaikan prinsip Newton terkait densitas dan rotasi planet-planet.

Poe ternyata juga memiliki minat dalam kriptografi. Dia telah memasang pemberitahuan dari kemampuannya di koran Philadelphia Alexander Weekly (Express) Messenger, mengundang pembaca untuk mengirimkan cipher, yang akan coba ia pecahkan. Pada bulan Juli 1841, Poe telah menerbitkan sebuah esai berjudul "A Few Words on Secret Writing" di Majalah Graham. Memanfaatkan ketertarikan publik akan topik ini, ia menulis "The Gold-Bug" mengatakan cipher sebagai bagian penting dari suatu cerita. Sukses Poe dalam kriptografi tidak mengandalkan pada pengetahuan yang mendalam tentang bidang yang ia geluti (metodenya terbatas pada subtitution kriptogram sederhana ), seperti pengetahuannya akan kebiasaan sebuah majalah dan surat kabar. Kemampuan analitis yang tajam, yang butuh bukti yang begitu jelas dalam cerita detektif, memungkinkan dia untuk melihat bahwa masyarakat umum sebagian besar tidak tahu bahwa metode subtitution kriptogram sederhana dapat diselesaikan, dan dia menggunakan hal ini menjadi advantage nya. Sensasi Poe terjadi berkat stunts kriptografi nya memainkan peran utama dalam mempopulerkan cryptogram di koran dan majalah.

Poe memiliki pengaruh pada meningkatnya minat masyarakat terhadap kriptografi selama hidupnya. William Friedman, cryptologist terkenal asal Amerika, sangat dipengaruhi oleh Poe. minat awal Friedman dalam kriptografi berasal dari membaca "The Gold-Bug" ketika ia masih seorang anak ingusan, minat itu kemudian digunakan untuk memecahkan Kode PURPLE jepang selama Perang Dunia II

Edgar Allan Poe pernah muncul sebagai karakter fiksi, sering mewakili orang orang "gila jenius" atau "seniman tersiksa" yang mengeksploitasi perjuangan pribadinya. Banyak penggambaran yang juga berbaur dengan karakter dari cerita, menunjukkan Poe dan tokoh-tokohnya berbagi suatu identitas. Seringkali, penggambaran fiksi dari Poe menggunakan keterampilan pemecahan mistery dalam novel, seperti The Poe Shadow oleh Matthew Pearl.

Hari ini, Tidak ada rumah masa kecil Poe yang masih berdiri, termasuk Moldavia real estate milik keluarga Allan. rumah Tertua yang masih berdiri  di Richmond adalah the Old Stone House, dan di gunakan sebagai Museum Edgar Allan Poe , meskipun Poe tidak pernah tinggal di sana. Koleksi museumnya meliputi banyak item yang digunakan Poe selama tinggal dengan keluarga Allan dan juga dilengkapi dengan beberapa  cetakan pertama yang langka dari buku buku hasil kerja Poe. 13 West Range, kamar asrama universitas yang diyakini telah digunakan oleh Poe selama belajar di University of Virginia pada tahun 1826, dilestarikan dan tersedia untuk kunjungan. Pemeliharaan kamar itu kini diawasi dan dilakukan oleh sekelompok mahasiswa dan staf yang dikenal sebagai Raven Society. Rumah awal tempat di mana Poe tinggal di Baltimore, dijadikan sebagai Edgar Allan Poe House dan Museum. Poe diyakini telah tinggal di rumah itu pada usia 23 ketika ia pertama kali tinggal bersama Maria Clemm dan Virginia (serta neneknya dan mungkin saudaranya William Henry Leonard Poe). Tempat ini juga terbuka untuk umum dan juga merupakan rumah dari Edgar Allan Poe Society. Dari beberapa rumah yang Poe, istrinya Virginia, dan ibu mertuanya Maria pernah sewa di Philadelphia, hanya rumah terakhir yang masih bertahan. The Spring Garden House, di mana penulis tinggal di periode 1843-1844, saat ini dipelihara oleh National Park Service sebagai Edgar Allan Poe National Historic Site. Rumah terakhir yang pernah Poe tinggali kini dipertahankan sebagai Edgar Allan Poe Cottage di Bronx.

Di Boston, sebuah plakat peringatan di Boylston Street berada beberapa blok jauhnya dari lokasi sebenarnya Poe kecil lahir. Rumah kelahirannya terletak di 62 Carver street, namun rumah itu sudah tidak ada lagi; juga, jalan itu telah berganti nama menjadi "Charles Street South". Sebuah "persegi" di persimpangan Broadway, Fayette, dan Carver street dulunya dinamai sesuai nama Poe untuk menghormatinya, tetapi menghilang ketika jalanan ditata ulang oleh pemerintah kota. Pada tahun 2009, persimpangan Charles dan Boylston Street (dua blok ke utara dari tempat kelahirannya) baru saja dibangun "Edgar Allan Poe Square".

Pada bulan Maret 2014, penggalangan dana selesai untuk pembangunan patung memorial permanen di lokasi ini. Desain oleh Stefanie Rocknak, menggambarkan patung Poe melangkah melawan angin, disertai dengan gagak terbang, dan agak tertinggal di belakang, kertas jatuh dari koper yang terbuka. Pembukaan publik monumen patung ini dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2014 dihadiri oleh mantan penyair AS Robert Pinsky. Landmark Poe lainnya termasuk bangunan di Upper West Side, di mana Poe sementara tinggal ketika ia pertama kali pindah ke New York. Sebuah plakat menunjukkan bahwa Poe menulis "The Raven" di sini. Bar di mana legenda mengatakan Poe terakhir terlihat minum sebelum kematiannya masih berdiri di Fells Point Baltimore. Perkumpulan (pe)minum yang sekarang dikenal sebagai "The Horse you come in On", dan penduduk lokal meyakinkan bahwa hantu "Edgar" masih menghantui kamar di atas. Tambahan kecil seputar misteri kematian Poe, seorang pengunjung yang tidak diketahui siapa namanya, hanya disebut sebagai "Poe Toaster" memberi penghormatan di makam Poe setiap tahunnya mulai tahun 1949. Sebagai tradisi yang dijalankan selama lebih dari 60 tahun, kemungkinan bahwa "Poe Toaster" sebenarnya perbuatan lebih dari satu individu, meskipun upeti dan ritualnya selalu sama.

Setiap tanggal 19 Januari pada jam-jam awal pagi, orang ber-toast dengan cognac di penanda kuburan asli Poe dan meninggalkan tiga mawar. Anggota Edgar Allan Poe Society di Baltimore membantu melindungi tradisi ini hingga beberapa dekade. Pada tanggal 15 Agustus 2007, Sam Porpora, mantan sejarawan di Gereja Westminster di Baltimore di mana Poe dimakamkan, mengklaim bahwa ia yang telah memulai tradisi itu. Porpora mengatakan bahwa tradisi ini dimulai pada tahun 1949 dalam rangka untuk mengumpulkan uang dan meningkatkan profil dari gereja. Kisahnya memang belum dikonfirmasi, tetapi beberapa rincian yang dia berikan kepada pers telah menunjukkan klaim itu sebagai fakta yang akurat. penampilan terakhir The Poe Toaster adalah pada 19 Januari 2009, hari peringatan dua abad Poe.

**Diambil dari berbagai sumber**
2

The Mortal Instrument: City of Bones (Movies vs. TV Series)



The Mortal Instrument: City of Bones (2013)
Director: Harald Zwart
Writers: Jessica Postigo (screenplay) and Cassandra Clare (heksalogy novel)
Stars:
1.      Lily Collins sebagai Clary Fray
2.      Lena Headey sebagai Jocelyn Fray
3.      Jamie Campbell Bower sebagai Jace Wayland
4.      Kevin Zegers sebagai Alec Lightwood
5.      Jemima West sebagai Isabelle Lightwood
6.      Robert Sheehan sebagai Simon Lewis
7.      Aidan Turner sebagai Luke Garroway
8.      CCH Pounder sebagai Dorothea
9.      Jonathan Rhys Meyers sebagai Valentine Morgensten
10.  Jared Harris sebagai Hodge
Producers: Don Carmody and Robert Kulzer
Cinematography by: Geir Hartly and Andreassen
Sony Picture
Shadowhunters: The Mortal Instrument (2016)
Stars:
1.      Katherine McNamara sebagai Clary Fray
2.      Maxim Roy sebagai Jocelyn Fray/Fairchild
3.      Dominic Sherwood sebagai Jace Wayland
4.      Matthew Daddario sebagai Alec Lightwood
5.      Emeraude Toubia sebagai Isabelle Lightwood
6.      Robert Sheehan sebagai Simon Lewis
7.      Aidan Turner sebagai Luke Garroway
8.      Vannesa Matsui sebagai Dorothea
9.      Alan van Sprang sebagai Valentine Morgensten
10.  Jon Cor sebagai Hodge


Episode 1 – The Mortal Cup
Episode 2 – The Descent Into Hell Isn’t Easy
Episode 3 – Dead’s Man Party
Episode 4 – Raising Hell
Episode 5 – Moo Shu to Go (9 Feb)


Poin-poin pembahasan:
1. Karakter dan akting tokoh utama
2. Dorothea, kawan atau lawan? And Luke?
3. Pengemasan cerita
Sinopsis
Film ini berkisah mengenai seorang gadis remaja, Clary Fray, yang tinggal bersama ibunya, Jocelyn. Clary yang memiliki hobi menggambar tanpa sadar menggambar simbol yang tidak ia ketahui artinya. Jocelyn menyadari bahwa Clary menggambar hal-hal tersebut dan memintanya untuk lebih berhati-hati. Jocelyn dan Luke, kekasihmya, ternyata menyimpan sebuah rahasia besar dari Clary.
Clary yang baru saja berulangtahun ke-18, diajak oleh sahabatnya, Simon pergi. Di perjalanan pulang keduanya melewati sebuah bar, Clary melihat simbol yang sering ia gambar akhir-akhir ini dan rasa penasarannya muncul. Ia mengajak Simon untuk masuk ke bar untuk mencari tahu mengenai simbol tersebut. Mereka tidak diperbolehkan masuk sebulum seorang lelaki berbisik ke penjaga. Keingintahuannya terus timbul dan mengantarkan dirinya melihat lelaki—yang berbisik ke penjaga tadi—di bunuh oleh sekelompok orang dengan pedang. Salah satu lelaki tersebut menyadari dan merasa aneh mendapati Clary mampu melihat dirinya. Clary pun histeris melihatnya. Ia bergegas pulang.
Keesokan harinya Simon mengajak Clary ke sebuah kafe, padahal ibunya sangat ingin membahas sesuatu hal. Ketika sedang berada di kafe, Clary menyadari sosok lelaki ‘pembunuh’—Jace—semalam. Simon merasa Clary mulai sedikit gila saat ia melihat Clary ketakutan dan berbicara sendiri. Padahal Clary sedang berbicara dengan Jace, menanyai makna simbol yang ia buat.
Sementara itu, Jocelyn berusaha menghubungi Clary saat ia tengah diserang oleh anggota Circle. Namun Clary tidak mengacuhkannya. Jocelyn menelepon Simon dan tidak mendapat respon juga. Saat Clary menjawab teleponnya, ia segera menyuruh Clary untuk mendatangi Luke dan memberitahunya bahwa Valentine masih hidup. Ia terpaksa meminum sebuah ramuan yang disimpannya.
Clary lari tunggang langgang ke rumah. Setibanya ia di sana segalanya sudah berantakan. Ibunya juga tidak terlihat di mana pun. Namun ternyata demon telah berpura-pura menjadi Dorothea, tetangganya. Nyawa Clary diselamatkan oleh Jace. Jace membawa Clary ke institusi, markas besar Shadowhunters yang dipimpin oleh Hodge. Para pengikut Circle tengah mencari benda yang disebut Mortal Cup. Namun Clary tidak mengerti. Setiap kali ia berusaha mengingat, ia tidak berhasil.
Sementara itu Jocelyn, ibu Clary, telah dibawa dalam keadaan menghadap sang pemimpin, Valentine. Jace, Alec, dan Isabelle membantu Clary mencari ibunya. Bahkan Simon ikut terlibat saat mencari Clary ke mana-mana dan menemukannya di sebuah gereja tua yang tidak terpakai. Clary adalah seorang Shadowhunter, begitu pun dengan ibunya yang juga merupakan anggota ‘pemberontak’ Circle.
Dalam perjalanan untuk mencari ibunya, Clary, Jace, Alec, Isabelle, dan Simon mengunjungi Silent Brother untuk mengembalikan ingatan Clary. Namun Silent Brother hanya dalam mengungkapkan satu kenangan secara acak, bahwa Clary adalah anak dari Valentine. Sementara itu, Simon tertangkap oleh para vampir. Clary dan teman-teman barunya berusaha menerobos markas Vampir untuk menolong Simon. Namun Simon sudah lebih dulu digigit oleh vampir.
Clary melanjutkan perjalanan mencari ibunya dan terungkaplah fakta-fakta mengenai dirinya yang ia sendiri tidak ingat. Apa yang akan terjadi pada Mortal Cup yang belum berhasil diketahui keberadaannya?
Baca juga Ulasan The Stranger
Poin 1
Clary – versi film lebih cantik dan enggak selebay di TV series. Tapi di kedua versi Clary digambarkan sebagai pemberani dan  Clary lebih terkesan cerewet di versi TV. Ia diterima di jurusan seni sebuah universitas karena gambar yang ia buat untuk novel grafisnya bersama Simon. Ia menerima banyak hadiah saat ulangtahunnya yang ke-18, terutama kalung dari ibunya.
Simon – versi film pas ulangtahun Clary, Simon hanya menonton pembacaan puisi sedangkan di TV dia malah nyanyi bersama Maureen, sahabat Simon dan Clary. Ketiganya membuat band. Dan Simon menulis novel grafis sama Clary yang menggambar ilustrasi. Simon versi film terkesan lebih nerd di bandingkan versi TV series yang lebih gampang tergoda sama cewek padahal dia udah suka sama Clary.
Jace – versi film Jace digambarkan lebih ngeselin dan terlalu ‘berandalan’. Jace mendapati Clary dapat melihatnya di sebuah bar saat ia mengeksekusi demon. Jace membawanya ke Institusi meskipun Alec terus-menerus berusaha mengingatkan bahwa bisa saja Clary hanyalah umpan dari Valentine. Di akhir film terungkap bahwa Jace adalah kakak Clary.
Alec – Baik di TV ataupun film, Alec menyukai Jace dan tidak suka dengan kehadiran Clary yang baginya mengganggu konsentrasi Jace. Alec di versi film terlihat jauh lebih tua dari Jace (meskipun memang lebih tua di dalam cerita) ia juga tidak menggunakan panah seperti di versi TV. Tapi sebenarnya Alec baik.
Isabelle – Di versi TV Isabelle digambarkan lebih ‘hot’ dibanding versi film. Ia pun digambarkan sering ‘bermain’ dengan Seelies bernama Meliorn. Isabelle juga lebih sering menggunakan ular yang berbentuk gelang di tangannya dibandingkan dengan pedang. Isabelle juga lebih ramah terhadap Clary. Isabelle, Alec, dan Jace dibesarkan bersama setelah kematian ‘ayah’ Jace. Ia tahu bahwa Alec tidak senang dengan kehadiran Clary di antara mereka, namun tetap membujuk Alec untuk legowo soal Clary.

Poin 2
Dorothea versi TV digambarkan lebih muda dan lebih bersahabat dengan Jocelyn. Ia bahkan memberikan ramuan yang dibuat oleh Magnus Bane kepada Jocelyn. Ramuan tersebut diminum oleh Jocelyn saat dirinya terkepung oleh anak buah Valentine. Dorothea juga mengirimkan Clary melalui portal yang hanya bisa dibuat oleh seorang warlock ke kantor polisi tempat Luke bekerja. Namun sayangnya Luke tengah sendiri tengah diinterogasi oleh anak buah Valentine dan terpaksa mengatakan bahwa ia pun juga mencari Mortal Cup dan tidak peduli dengan Clary maupun Jocelyn. Dorothea akhirnya tertangkap dan dibawa ke Valentine. Valentine menyuntikan sesuatu padanya agar Dorothea mau mengatakan siapa yang membuat ramuan yang diminum Jocelyn.
Lain halnya dengan versi film, Dorothea sudah tua dan terkesan tidak ingin berurusan dengan keluarga Jocelyn. Hanya sebatas itu peran Dorothea.
Versi film, Luke juga sedang diinterogasi saat Clary, Jace, dan Simon tba di tempatnya. Tetapi Luke bukanlah seorang polisi. Luke juga langsung menyadari bahwa Clary mendengar ucapannya. Saat ia ingin menjelaskan, Clary justru pergi.


Poin 3
Saya sendiri lebih tertarik dengan pengemasan cerita versi TV. Pertama, mungkin karena adegan dapat dibuat lebih detail dibandingkan versi film yang terkesan buru-buru. Silent Brother membantu Clary mengingat bahwa ingatannya dihapus oleh Magnus Bane, Clary pun pergi ke Magnus Bane. Di TV, Silent Brother justru mengungkap bahwa Valentine adalah ayah Clary. Silent Brother pun menggunakan pedang ‘sungguhan’. Sementara Magnus Bane kabur saat Valentine menyuruh anak buahnya untuk mencari warlock yang membuat ramuan untuk Jocelyn. Ia bahkan mengajak Dorothea tetapi Dorothea menolak dan malah tertangkap saat mencari keberadaan Clary.
Lanjut versi film, terungkaplah bahwa Jace merupakan anak dari Valentine dan Jocelyn. Jocelyn membawa kabur Clary saat ia masih kecil. Saat mereka berusaha mengalahkan Valentine, Hodge justru mengkhianati mereka.
Hodge di film sangat berbeda dengan versi TV. Ia merupakan pimpinan institut. Versi TV, Hodge dikenalkan sebagai anggota Circle yang juga memberontak bersama Jocelyn. Ia bahkan mempunyai semacam tanda yang membuatnya kesakitan jika mengungkapkan rahasia Circle. Ia beberapa kali memaksakan diri untuk memberitahu Clary mengenai ibunya dan beberapa rahasia Valentine.
Versi film, Jocelyn digambarkan sebagai seorang pelukis yang hanya memiliki satu orang pembeli. Pembeli tersebut adalah Magnus Bane. Magnus Bane menghapus ingatan Clary setiap tahun, saat Clary menggambar simbol yang disebut angelic rune itu adalah tanda yang dibuat oleh Magnus. Tanda tersebut memberitahu bahwa Clary sudah ‘membutuhkan’ penghapusan ingatan kembali.
Overall, TV series ini cukup bagus untuk ditonton dibanding filmnya. Beberapa mengatakan bahwa versi filmnya terlalu jauh berbeda dengan buku dan membosankan. Untuk itulah Mortal Instrument tidak dilanjutkan di film City of Ashes malah dibuat re-boot sebagai TV series. Mungkin yang sudah membaca dapat memberikan tambahan yang lebih baik.
0

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com