Taktik Menulis ala Winna Efendi - Part 3

Taktik Menulis ala Winna Efendi



IDE
Ide adalah salah satu langkah pertama untuk menulis novel. Untuk menjadi seorang penulis dan untuk memulai sebuah novel \, yang kita butuhkan adalah ide. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ide/gagasan adalah rancangan yang tersusun di pikiran; cita-cita.
Ide berkaitan erat dengan genre. Jika genre cerita yang ingin ditulis adalah teenlit, ide cerita dapat berputar sekitar dunia remaja dan sekolah, mimpi, cinta pertama, dan seterusnya. Lain halnya kalau genrenya adalah fantasi. Kemungkinan besar idenya tidak akan jauh dari dunia khayalan dengan karakter-karakter unik yang kita ciptakan sendiri dalam imajinasi kita.
Ide awal dapat berupa apa saja—sebuah imaji, pesan, bahkan bermula dari karakter dan setting. Ide dapat juga berupa premis, yaitu ide dasar yang menjadi tema cerita. Contohnya, persahabatan yang berkembang menjadi cinta adalah tema novel Ai dan Refrain, sedangkan cinta lama yang mendapatkan kesempatan kedua menjadi tema novel Coming Home milik Sefryana Khairil juga Promises karya Dahlian. Dengan menemukan satu tema yang menarik untuk diceritakan, kamu dapat menjadikannya tulang belakang cerita, lalu mengembangkannya menjadi sebuah novel utuh. Tanpa ide yang kuat dan jelas terbentuk, novel yang kita bikin tidak akan menggugah pembacanya.

Baca Juga "Taktik Menulis ala Winna Efendi Part 1"

Kalau menurut H. Misbach Yusa Biran, “Dalam cerita dramatik, tokoh utama cerita haruslah objek yang menarik. Problema utamanya juga harus kuat dalam menggugah emosi yang menyaksikan, sehingga penonton bersedia meluangkan waktunya yang berhaga untuk mengikuti kisah si protagonis sampai akhir cerita.”
Bagi beberapa orang, mencari ide adalah hal yang mudah. Justru yang sulit adalah kita punya begitu banyak ide cerita yang menarik sehingga kesulitan memilih salah satu yang lebih menonjol. Bagi sebagian lagi, mencari ide susahnya setengah mati. Ide yang orisinal dan baru, apa lagi?
Ada dua tips nih untuk menggali ide. Yang pertama adalah buka mata dan buka hati—gunakan kelima indera secara maksimal. Inspirasi bertebaran di mana-mana. Yang perlu kita lakukan adalah mengobservasi lebih detail, memperhatikan lebih banyak, dan meresapi lebih dalam. Setiap rasa, setiap gestur, setiap gerak, memiliki kisah masing-masing. Jangan lupa untuk selalu membawa buku tulis atau pulpen, atau bisa juga cukup menggunakan ponsel untuk mencatat setiap ide yang lewat begitu saja untuk ditilik lagi saat kamu membutuhkannya. Pilah-pilah ide yang menurut kalian punya potensi besar untuk dikembangkan.

Baca Juga "Taktik Menulis ala Winna Efendi Part 2"

Yang kedua adalah, menurut Winna Efendi, setiap ide itu adalah hasil daur ulang. Sangat jarang ada ide yang sama sekali baru di dunia ini, karena kebanyakan merupakan versi daur ulang dari ide yang sudah ada. Hanya saja dieksplorasi dengan latar belakang, sudut pandang, dan karakter yang berbeda. Tema cinta segitiga, balas dendam, persahabatan yang berubah jadi cinta, pengkhianatan; semuanya bukan lagi ide baru. Eits, bukan berarti kita meng-copy paste ide-ide yang sudah ada untuk cerita kita sendiri. Plagiarisme alias penjiplakan karya orang lain sangat tida dianjurkan dan melawan hukum. Makna orisinal di sini adalah ledakan kreativitas, kemampuan kita untuk mengolah apa yang biasa dan klise menjadi sesuatu yang terasa baru dan jauh dari stereotipe.

Dan selalu, tulislah sesuatu yang memiliki makan dalam hidupmu—sesuatu yang berarti.Beberapa penulis menuliskan tentang dunia kerja mereka sehari-hari, seperti banking, arsitektur, dll, karena hal tersebut memang berarti untuk mereka. Seperti apa yang diucapkan Somerset Maugham, “Hal paling penting dalam sebuah buku adalah makna yang ada di dalamnya untuk kamu. 


* Materi pembahasan #JumatEYD di Grup Whatsapp Klub Buku Indonesia *
* Di rangkum oleh Tim #JumatEyd : Rara Aywara, Feti Habsari, Eka *

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com