Ide adalah
salah satu langkah pertama untuk menulis novel. Untuk menjadi seorang
penulis dan untuk memulai sebuah novel \, yang kita butuhkan adalah
ide. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
ide/gagasan adalah rancangan
yang tersusun di pikiran;
cita-cita.
Ide
berkaitan erat dengan genre. Jika genre cerita yang ingin ditulis
adalah teenlit,
ide cerita dapat berputar sekitar dunia remaja dan sekolah, mimpi,
cinta pertama, dan seterusnya. Lain halnya kalau genrenya adalah
fantasi. Kemungkinan besar idenya tidak akan jauh dari dunia khayalan
dengan karakter-karakter unik yang kita ciptakan sendiri dalam
imajinasi kita.
Ide
awal dapat berupa apa saja—sebuah imaji, pesan, bahkan bermula dari
karakter dan setting.
Ide dapat juga berupa premis, yaitu ide dasar yang menjadi tema
cerita. Contohnya, persahabatan yang berkembang menjadi cinta adalah
tema novel Ai
dan
Refrain,
sedangkan
cinta lama yang mendapatkan kesempatan kedua menjadi tema novel
Coming
Home milik
Sefryana Khairil juga Promises
karya Dahlian. Dengan menemukan satu tema yang menarik untuk
diceritakan, kamu dapat menjadikannya tulang belakang cerita, lalu
mengembangkannya menjadi sebuah novel utuh. Tanpa ide yang kuat dan
jelas terbentuk, novel yang kita bikin tidak akan menggugah
pembacanya.
Baca Juga "Taktik Menulis ala Winna Efendi Part 1"
Baca Juga "Taktik Menulis ala Winna Efendi Part 1"
Kalau
menurut H. Misbach Yusa Biran, “Dalam cerita dramatik, tokoh utama
cerita haruslah objek yang menarik. Problema utamanya juga harus kuat
dalam menggugah emosi yang menyaksikan, sehingga penonton bersedia
meluangkan waktunya yang berhaga untuk mengikuti kisah si protagonis
sampai akhir cerita.”
Bagi
beberapa orang, mencari ide adalah hal yang mudah. Justru yang sulit
adalah kita punya begitu banyak ide cerita yang menarik sehingga
kesulitan memilih salah satu yang lebih menonjol. Bagi sebagian lagi,
mencari ide susahnya setengah mati. Ide yang orisinal dan baru, apa
lagi?
Ada
dua tips nih untuk menggali ide. Yang pertama adalah buka mata dan
buka hati—gunakan kelima indera secara maksimal. Inspirasi
bertebaran di mana-mana. Yang perlu kita lakukan adalah mengobservasi
lebih detail, memperhatikan lebih banyak, dan meresapi lebih dalam.
Setiap rasa, setiap gestur, setiap gerak, memiliki kisah
masing-masing. Jangan lupa untuk selalu membawa buku tulis atau
pulpen, atau bisa juga cukup menggunakan ponsel untuk mencatat setiap
ide yang lewat begitu saja untuk ditilik lagi saat kamu
membutuhkannya. Pilah-pilah ide yang menurut kalian punya potensi
besar untuk dikembangkan.
Baca Juga "Taktik Menulis ala Winna Efendi Part 2"
Baca Juga "Taktik Menulis ala Winna Efendi Part 2"
Yang
kedua adalah, menurut Winna Efendi, setiap ide itu adalah hasil daur
ulang. Sangat jarang ada ide yang sama sekali baru di dunia ini,
karena kebanyakan merupakan versi daur ulang dari ide yang sudah ada.
Hanya saja dieksplorasi dengan latar belakang, sudut pandang, dan
karakter yang berbeda. Tema cinta segitiga, balas dendam,
persahabatan yang berubah jadi cinta, pengkhianatan; semuanya bukan
lagi ide baru. Eits, bukan berarti kita meng-copy
paste
ide-ide yang sudah ada untuk cerita kita sendiri. Plagiarisme alias
penjiplakan karya orang lain sangat tida dianjurkan dan melawan
hukum. Makna orisinal di sini adalah ledakan kreativitas, kemampuan
kita untuk mengolah apa yang biasa dan klise menjadi sesuatu yang
terasa baru dan jauh dari stereotipe.
Dan
selalu, tulislah sesuatu yang memiliki makan dalam hidupmu—sesuatu
yang berarti.Beberapa penulis menuliskan tentang dunia kerja mereka
sehari-hari, seperti banking,
arsitektur, dll, karena hal tersebut memang berarti untuk mereka.
Seperti apa yang diucapkan Somerset Maugham, “Hal paling penting
dalam sebuah buku adalah makna yang ada di dalamnya untuk kamu.
* Materi pembahasan #JumatEYD di Grup Whatsapp Klub Buku Indonesia *
* Di rangkum oleh Tim #JumatEyd : Rara Aywara, Feti Habsari, Eka *