MINGGU LITERASI #4, 7
Februari 2016
ORANG ASING (The Stranger)
Novel pertama Albert Camus ini terbagi atas dua bagian.
Bagian pertama mengulas kehidupan Meursault, tokoh utama novel ini, sejak
ibunya meninggal hingga kasus yang menyeretnya ke pengadilan. Pada paruh
pertama, novel ini akan berkesan datar dan seperti tidak ada permasalahan
apapun yang penting untuk diiangkat. Meursault
adalah seorang pemuda yang menjalani hidup dengan caranya sendiri dan melihat
dunia sekitarnya sebagai dunia yang dipenuhi oleh hal-hal yang tidak penting.
Baginya, kematian ibunya adalah sesuatu yang wajar dan alami. Rasa kehilangan
dan kesedihan tetap ada tapi baginya bukanlah sesuatu yang perlu untuk diresapi
berlarut-larut, sehingga hal itu nantinya akan dipermasalahkan oleh orang-orang
di pengadilannya. Begitupun hubungannya dengan Marie,
wanita yang sempat dekat dan jatuh cinta padanya, yang baginya hanya hubungan
pertemanan yang sedikit di atas biasa. Sensasi cinta dan romansa bersama Marie
tetap ia rasakan, namun untuk melangkah lebih jauh lagi (pernikahan) baginya
adalah hal yang tidak penting. Bukan karena dia tidak menyukai konsep
pernikahan, namun memang baginya pernikahan itu adalah hal yang tidak penting.
Memasuki paruh kedua, kita akan disuguhi dengan keabsurdan dunia dari pandangan
Meursault ini. Bagaimana pengadilan banyak mengulas hal-hal yang menurutnya
tidak penting karena tidak berhubungan dengan kasusunya, serta tingkah
orang-orang di dalam pengadilan tersebut yang di matanya sangat tidak jelas.
Saya menemukan banyak kelucuan yang sangat menghibur dalam pengadilan Meursault
ini. Seorang Hakim yang sangat fanatik terhadap agamanya sampai menganggap
Meursault yang atheis ini adalah seorang yang tidak masuk akal, padahal di mata
tokoh utama kita justru hakim inilah yang tingkahnya sangat berlebihan.
Kemudian Jaksa Penuntut yang sangat dramatis dalam mencari celah kesalahan
Meursault, yang bahkan merasa sanggup ‘melihat’ ke dalam jiwa Meursault demi
mencari keanehan tokoh utama kita ini yang menurutnya tidak bisa diterima akal
sehat. Dan ada pula Pendeta yang di ujung cerita sangat ingin menobatkan tokoh
utama kita ini sampai-sampai terbawa perasaan sendiri melihat Meursault yang
teguh mempertahankan ‘keyakinannya’. Menurutnya Meursault ini sangat tersesat
dan baginya sangat tidak masuk akal bila seseorang bahkan di penghujung
hidupnya tetap tidak mau menerima Tuhan.
Meursault, tokoh utama kita ini, dari awal pun tidak merasa
sengaja membunuh korbannya. Ketika dia dituntut di pengadilan, yang dia
inginkan hanyalah menceritakan duduk perkara yang sebenarnya. Dia bahkan
menolak untuk memilih pembela karena baginya tidak perlu ada yang dibela, toh
dia memang berencana menceritakan semuanya jujur apa adanya di hadapan
pengadilan. Namun, sampai akhir pengadilan (terhitung berbulan-bulan kemudian)
dia sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk membicarakan itu. Ketika
disudutkan pun dia justru merasa aneh karena tuntutan terhadapnya berkesan
dipaksakan namun tidak dibuat-buat. Tidak berperasaan, tidak percaya Tuhan, dan
tidak cinta orang tua, itulah cap yang diberikan terhadap Meursault disaat dia
sendiri melihat bahwa justru orang-orang di sekitarnyalah yang melebih-lebihkan
segala sesuatunya.
*******
Pembahasan ini diulas dan didiskusikan dalam sesi #MingguLiterasi, moderator : Pio S.
No comments:
Post a Comment
Halo ! Silakan tinggalkan komentar dengan menggunakan bahasa yang baik. Link hidup akan otomatis terhapus ya n_n