Pada kesempatan sesi #GhibahBuku yang diadakan setiap dua bulan sekali, tanggal 29 Januari 2016 kemarin membahas karya
Agatha Christie yang kabarnya disebut sebagai salah satu karya terbaik di genre
misteri.
Funfact:
Novel yang terbit tahun 1939 ini awalnya
di UK novel ini terbit dengan judul "Ten Little Niggers" atau "Sepuluh
Anak Negro". Namun saat di US,
judul ini dirasa kurang enak, akhirnya penerbit mengganti menjadi "Sepuluh
Anak Indian", pada perkembangan
waktu beberapa lama kemudian, beberapa pihak menganggap judul ini kurang layak.
Kemudian akhirnya diganti dengan judul yang dipakai sampai sekarang "Then
There Were None" yang diambil dari kalimat terakhir di sajak dalam
cerita.. "Habislah Sudah".
Funfact trivia:
Ada yang pernah menonton acara TVRI taun 80an? Berjudul : "Teka-teki 9 Orang" dalam Creditnya, dicantumkan acara ini
terinspirasi dari novel ini juga. Dan
tentu saja menginspirasi ribuan penulis dan sineas di era selanjutnya.
1. Latar
Cerita
Sepuluh
orang terpilih diundang ke Pulau Negro dengan berbagai alasan. Pulau Negro
sendiri terletak di seberang Pantai Devon. Pulau yang menjadi berita hangat
karena desas desus mengatakan, Pulau Negro sebenarnya dimiliki oleh seorang
bintang tenar Hollywood. Ada apa sebenarnya di Pulau Negro?
2.
Karakter.
A. Tuan Justice Wargrave, yang baru saja
mengakhiri masa kerjanya sebagai hakim, diundang ke Pulau Negro oleh Lady
Constance Culmington.
B. Vera Daythorne. Seorang guru bermain di
sekolah golongan rendah yang beruntung mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris
di waktu libur. Surat penerimaan kerja mengharuskan Vera pergi ke Pulau Negro
atas panggilan Una Wancy Owen.
C. Kapten Philip Lombard, menerima tawaran
pekerjaan dari seorang yang dia sebut Yahudi Kecil. Isaac Morris, orang Yahudi
itu mengatakan bahwa ada klien yang meminta bantuan kapten Lombard di Pulau
Negro.
D. Nona Emily Brent, seorang wanita terhormat
berusia 65 tahun. Nona Emily adalah seorang anak kolonel. Dia diundang ke Pulau
Negro untuk menginap di sebuah rumah penginapan. Pengundangnya hanya menulis
inisial U.N.O. di akhir surat. Dan nona Emily menebak bahwa yang mengundangnya
adalah seseorang bernama Oliver.
E.
Jendral MacArthur, sedang dalam perjalanan juga menuju pulau Negro, dan dia
masih belum bisa mengingat dengan pasti, siapa Owen yang telah mengundangnya.
F. Dokter Armstrong, seorang dokter terkenal
menerima undangan dari seorang bernama Owen yang terlihat sangat
mengkhawatirkan kesehatan istrinya. Surat yang diterimanya tidak begitu jelas,
tapi cek yang ada dalam surat itu tidak demikian. Untuk itulah, dokter Armstrong
memasuki morrisnya menuju Salisbury untuk nanti menuju Pulau Negro.
G. Anthony Marston, pemuda yang memiliki
postur tubuh menarik, tingginya hampir dua meter, rambutnya segar, wajah
kecoklatan dan mata yang biru. Dia sedang memikirkan siapa keluarga Owen yang
mengundang dirinya. Marston hanya berharap bahwa keluarga Owen juga suka minum
seperti dirinya. Marston memacu mobilnya menuju Mere dan tujuan utama, Pulau
Negro.
H. Tuan Blore, menulis dengan hati-hati di
buku catatannya yang kecil. "itulah semuanya," gumamnya, Emily Brent,
Vera Daythorne, dokter Armstrong, Anthony Marston, si tua Justice Wargrave,
Philip Lombard, Jendral MacArthur, pembantu rumah tangga dan istrinya: tuan dan
nyonya Rogers. "delapan lebih satu," katanya dengan tepat.
Ketika tiba
di Pulau Negro, mereka baru menyadari bahwa tak seorangpun pernah bertemu
dengan orang yang mengundang mereka ke pulau tersebut. Bahkan kedua pembantu rumah
tangga (tuan & nyonya rogers) hanya menerima instruksi lewat surat. Meskipun si tuan rumah tidak ada di pulau
negro, mereka tetap bisa menikmati fasilitas yang sudah disiapkan disana. Makanan,
kamar tidur, dsb sudah tersedia. Setiap orang mendapat kamarnya masing-masing.
Dan di setiap kamar terdapat sajak anak-anak yang di tempel di dinding kamar.
Sepuluh anak Negro makan malam; seorang tersedak tinggal
Sembilan.
Sembilan anak Negro bergadang jauh malam; seorang ketiduran,
tingal delapan.
Delapan anak Negro berkeliling Devon; seorang tak mau pulang,
tinggal tujuh;
Tujuh anak negro mengapak kayu; seorang terkapak, tinggal
enam.
Enam anak Negro bermain sarang lebah; seorang tersengat, tinggal
lima.
Lima anak negro ke pengadilan; seorang ke kedutaan, tinggal
empat.
Empat anak negro pergi ke laut; seorang dimakan ikan hering
merah, tinggal tiga.
Tiga anak Negro pergi ke kebun binatang; seorang diterkam
beruang, tinggal dua.
Dua anak negro duduk berjemur; seorang hangus, tinggal
satu.
Seorang anak Negro yang sendirian; menggantung diri, habislah
sudah.
Misterinya pun dimulai dari sajak ini.
Ketika
malam menjelang, tiba-tiba sebuah gramofon memutarkan rekaman suara seseorang.
Rekaman suara itu menuduh kesepuluh orang disana bersalah karena pernah
melakukan pembunuhan.
“Anda semua bertanggung jawab atas tuduhan
berikut:
‘Edward
George Amstrong, apa yang Anda kerjakan pada tanggal 14 Maret 1925, menyebabkan
kematian Louisa Mary Clees.’
‘Emily
Caroline Brent, pada tanggal 5 Nopember 1931 Anda bertanggung jawab atas
kematian Beatrice Taylor.’
‘William
Henry Blore, Anda menyebabkan kematian James Stephen Landor pada tanggal 10
Oktober 1928.’
‘Vera
Elizabeth Claythorne, pada tanggal 11 Agustus 1935 Anda membunuh Cyril Ogilve
Hamilton.’
‘Philip
Lombard, pada bulan Pebruari 1932 Anda bersalah atas kematian dua puluh satu
orang suku Afrika Timur.’
John Gordon
Macarthur, pada tanggal 14 Januari 1917 Anda dengan sengaja membunuh pacar
istri Anda, Arthur Richmond.’
‘Anthony
James Marston, pada tanggal 14 Nopember tahun lalu Anda bersalah atas kematian
John dan Lucy Combes.’
‘Thomas
Rogers dan Ethel Rogers, pada tanggal 6 Mei 1929 Anda menyebabkan kematian
Jennifer Brady.’
‘Lawrence
John Wargrave, pada tanggal 10 Juni 1930 Anda bersalah atas kematian Edward
Seton.’
Terdakwa,
apakah Anda ingin mengajukan pembelaan?”
Sontak kesepuluh orang itu tercekat. Mereka
bertanya-tanya siapa orang di balik rekaman suara tersebut. Saat mereka mulai
menenangkan diri karena kejadian gramofon itu, seseorang menenggak segelas
whisky sekaligus lalu mukanya berubah menjadi ungu, tersengal, jatuh dari
kursi, lalu gelasnya terlepas. Ia mati.
"Sepuluh
anak negro makan malam; seorang tersedak, tinggal sembilan."
Kejadian
itu begitu cepat dan tak terduga. Malam pertama di pulau negro dihabiskan
dengan sejuta pertanyaan tentang siapa orang di balik rekaman suara dari
gramofon itu, bagaimana orang itu mengetahui tentang tuduhan-tuduhan
menyeramkan yang ditujukan pada mereka dan kenapa salah seorang dari mereka
tiba-tiba mati mendadak. Namun, kejutan pulau negro tak berhenti disitu.
Keesokan paginya, salah seorang dari mereka nampak panik. Ia memanggil bantuan
karena pagi ini ia tidak bisa membangunkan istrinya. Kematian kedua.
"Sembilan
anak negro bergadang jauh malam; seorang ketiduran, tinggal delapan."
Kedelapan
orang yang tersisa memutuskan untuk segera meninggalkan pulau negro. Tapi alam
tak mengizinkan mereka. Badai datang dan tidak ada perahu yang akan singgah di
pulau negro. Di tengah keputusasaan
itu, seseorang duduk termenung di tepi pantai. Hingga saat makan siang tiba, ia
tak kunjung kembali untuk makan siang. Lalu ketika seseorang lainnya memeriksa,
ia kembali membawa mayat ketiga.
"Delapan
anak negro berkeliling devon; seorang tak mau pulang, tinggal tujuh."
Setelah
ketiga kejadian itu, seseorang ingin memastikan malam ini tidak akan ada lagi
yang terbunuh. Dia mengawasi setiap orang masuk dan mengunci kamarnya
masing-masing.
Keesokan
harinya, setiap orang mulai bangun dan berkumpul di sebuah ruangan rumah mewah
itu. Tapi, ada satu orang yang hilang. Orang yang memastikan tidak akan ada
lagi permainan anak negro, dia hilang. Keenam orang yang ada disana pun mulai
mencari di sekitar rumah. Lalu mereka menemukannya. Orang itu ada di
seberang halaman. Rupanya dia tadi sedang membelah kayu, dengan sebuah kapak
kecil yang masih dipegangnya dan kapak
yang lebih besar lagi tergeletak
menyandar di pintu. Kapak besar itu mempunyai noda yang yang sesuai
dengan noda pada belakang kepalanya.
"Tujuh
anak negro mengapak kayu; seorang terkapak, tinggal enam."
Mereka
tinggal berenam, dua orang menyiapkan sarapan, dan sisanya memindahkan mayat
yang terkapak. Selesai sarapan, mereka duduk bersama, lalu meninggalkan yang
seorang karena sedang merasa pusing. Dia yang
sendirian, merasa melihat lebah dan mendengar suaranya.
Mereka
menemukannya duduk di kursi yang sama ketika mereka meninggalkannya. Dari
belakang mereka tidak melihat sesuatu yang aneh. Dan ketika mereka melihat
wajahnya tertutup darah dengan bibir biru dan mata melotot kaget, seseorang berkata "ya
Tuhan, dia meninggal! ".
Enam
anak Negro bermain sarang lebah; seorang tersengat, tinggal lima.
Tiba-tiba
terdengar teriakan, sontak tiga orang berlari ke arah suara. Ternyata ada yang
menggantungkan ganggang di kamar seseorang. Setelah semua selesai, mereka
kembali ke ruangan semula. Seorang yang tadi tidak ikut berlari,
nampak duduk di kursi yang bersandaran tinggi di ujung ruangan. Dua buah lilin
menyala di sisinya. Dia berselimut merah dengan kepala tertutup wig hakim. Wig
itu jatuh ke lantai, menunjukkan dahi yang botak dengan noda bulat ditengahnya
bekas sesuatu pernah meledak.
Lima
anak Negro ke pengadilan; seorang ke kedutaan, tinggal empat.
Malam
itu tersisa empat orang. mereka mengunci diri di kamar masing-masing. lalu
seeorang mendengar suara langkah kaki yang halus. segera dia bangun dan membuka
pintu,tidak ada siapapun di sana. dia menuju tiga kamar yang lain. Dua orang
segera keluar, dan satu orang nampaknya mengunci kamarnya dari luar. Dua orang
berkeliling mencarinya. Tapi dia menghilang. Lalu terdengar bunyi kaca pecah. Kaca jendela ruang makan
pecah, dan porselen anak Negro tersisa tiga buah. Esok paginya, dua orang yang
diam di pantai melihat sesuatu di air. ternyata dia adalah teman mereka yang
hilang tadi malam.
Empat
anak negro pergi ke laut; seorang dimakan ikan hering merah, tinggal
tiga.
Ikan
herring adalah ikan laut yang memiliki warna cerah keperakan. Sekilas mirip
bandeng namun memiliki panjang tubuh yang jauh lebih pendek. Ikan herring
merupakan ikan yang penting peranannya dalam rantai makanan perikanan laut,
karena ikan ini merupakan ikanyang dijadikan makanan utama hampir semua
predator laut seperti ikan tuna, ikan hiu, ikan lumba – lumba, ikan paus,
singa laut dan lain – lain. Perkembangan ikan ini di laut bebas merupakan
indikator keberadaan ikan besar yang menjadi pemangsa mereka. Tapi ikan Hering disini bukan betul – betul ikan
herring, ikan herring dalam perumpamaan Inggris adalah pengalih perhatian.
"Ada
sesuatu yang gaib pada sebuah pulau - bahkan kata "pulau" itu sendiri
memberikan arti yang fantastis. Engkau terpisah dari dunia - sebuah pulau
adalah suatu dunia tersendiri. Mungkin suatu dunia, dimana engkau tak akan
pernah kembali". (hlm 35)
Cuaca di
Pulau semakin memburuk seiring memburuknya situasi psikologi dan mental mereka
serta kematian yang masih menghantui. Pasang air laut masih tinggi, tidak akan
ada kapal yang akan bisa mendekat ke pulau seandainya permintaan SOS mereka
yang telah berhari-hari mereka buat dan diabaikan kini diperhatikan seseorang.
Mereka
masih terpisah dari dunia luar
"Tiga
anak Negro ke kebun binatang"
Mereka
seperti berada di dalam kebun binatang. Terperangkap dan menunggu ajal. Tiga orang MASIH tersisa. Salah satu
membawa pistol. Mereka memutuskan berkumpul di luar rumah. Bersama-sama agar lebih aman dan lebih
cepat mengeathui bila ada bantuan yang datang ke pulau.
Jam
makan siang. Salah satu memutuskan kembali ke rumah untuk makan. Dua yang bertahan di luar kembali berdiskusi sengit siapakah pembunuhnya (apakah orang yang tadi kembali) dan membicarakan kejahatan masa lalu mereka. Lalu mereka mendengar
jeritan dari arah rumah. Teman mereka kembali berkurang. Ia tewas
dengan kepala hancur karena dihantam batu marmer. Jam Marmer berbentuk beruang.
"Seorang
diterkam beruang, tinggal dua"
Teman
mereka dihantam batu marmer yang sepertinya entah jatuh atau dijatuhkan dari atas kamar. Salah SATU kamar dari penghuni yang masih
hidup. Salah satu kamar mereka berdua
Jadi
tinggal dua. Tidak ada seorang pun di pulau ini kecuali
mereka sebelumnya dan mereka berdua yang tersisa. "Karena
bukan aku pelakunya, maka pasti kamu. Kamu pasti menggunakan trik sehingga ia
bisa dihantam batu dari atas kamar".
Dan
salah satu dari mereka masih membawa pistol. Terisi peluru. Dua Anak Negro duduk berjemur. Mereka
kembali memutuskan ke luar rumah. Dekat batu karang.
"Dua
Anak Negro duduk berjemur Seorang
hangus, tinggal satu"
Dan
pistol meletus. Menembus jantung salah satu dari mereka.
Tinggal
satu.
Tidak ada ketakutan lagi. Tidak ada kengerian lagi. Semuanya seperti mimpi. Satu orang itu dengan
linglung kembali ke rumah. Seluruh rumah sepi dan
kosong. Hanya ada mayat-mayat dan perabotan rumah serta dinding bisu. Dan saat
pintu ia buka. Seutas tali menggantung. Diikat jerat siap untuk dipakai.
Ia
mengingat kejahatan masa lalunya. Lalu lirik terakhir pada sajak.
"Seorang
anak Negro yang sendirian. Menggantung diri...."
Dan ia naik ke kursi. Memasang tali ke leher. Dan
menyepak kursinya.
Habislah
Sudah"
Semua
orang terbunuh dan tak ada yang selamat. Lantas siapa pembunuhnya?
Bagian
epilog dlm novel ini akan menjelaskan hal tersebut.
Membaca
novel ini seperti bermain trivia. Ibaratnya masing-masing kartu berisi nama karakter dan kita menebak-nebak siapa yang bakal dibunuh selanjutnya dan siapa pembunuh
sebenarnya? Setelah
membaca buku ini, meski karakter dlam novel ini cukup banyak, saya masih mampu mengingat semua tokoh dalam
novel ini beserta karakter khas mereka.
Vera, gadis
rapuh yang menarik.
Emily, Perawan tua yang fanatik agama.
Lombard, Petualang nyantai tapi akan
bertindak melakukan apapun demi lolos dari situasi yang buruk.
Blore, Polisi yang memanfaatkan jabatannya untuk
kepentingannya.
Marston, Pemuda ganteng yang tidak begitu
peduli dengan
konsekuensi segala hal yang
dilakukannya.
McArcthur, Jenderal yang masih belom move on dari istrinya yang sudah meninggal.
Pasangan
pelayan rogers yang
loyal dan berdedikasi.
Wargrave, hakim
cerdik dan idealis.
Armstrong, Dokter yang kecanduan minuman.
Masing-masing karakter penokohannya cukup kuat dijabarkan oleh AC.
Kelemahan pada buku ini bagi tim diskusi cuma satu :
alasan buat membunuh itu nggak kuat. Tapi
mengingat latar tahunnya, sepertinya waktu itu orang-orang lebih sensitif.
Dan
inilah yang sedikit banyak kadang membuat kita terpancing emosinya utk berpihak
pada salah satu karakter dan menuduh karakter lain Kalau diinget lagi Lombard
ini yang terbanyak dituduh membunuh ya, satu suku
afrika.
Ini
novel yang dianggap karya paling hebat Agatha Christie. Salah satu yang membedakan novel ini dg buku
lain adalah masing-masing karakter sepertinya memiliki masa lalu yang disembunyikan. Sesuatu yang melengkapi karakter mereka.
Kekurangan novel ini ada di terjemahannya, kadang sedikit membingungkan bahasanya, tapi untuk novel terjemahan, ini termasuk bagus. Karena nuansa misterinya tetap terasa.
Dan pembunuhnya memang cerdas menurutku. Jadi selain
membuat kita mencoba2-mencoba memecahkan misteri
plot utama, kita juga dipaksa "menjugde" atau "menghakimi"
masing-masing karakter.
Salah
satu hal yang bikin kagum dari penulis genre misteri ini adalah keahlian mereka
meramu jalan cerita, bikin trik-trik yang gak terbayang. Keren ya!
Apakah
mereka benar-benar bersalah? Dan jika benar
bersalah, layakkah mati? Ataukah
selamat? Kalau
dikasih pilihan semacam wild card, kalian milih siapa yang perlu diselamatkan dan memang pantas mati? Mantan hakim yang memvonis tahanan tak bersalah? Perawat yang membunuh anak asuhannya? Petualang yang membunuh secara tak langsung 20 orang suku afrika? Perawan tua yang mengusir baby sitter hamil dan membuatnya bunuh
diri? Pensiunan jenderal yang membunuh selingkuhan istrinya? Dokter malpraktek? Pemuda ugal-ugalan yang menabrak mati 2 anak kecil? Polisi yang memanfaatkan jabatannya? Atau duo pelayan yang membunuh majikannya? Siapa yang layak diampuni dan diberi kesempatan kedua?
Dalam
sinopsis di atas sebenarnya banyak sekali spoiler bertebaran tapi memang sangat sulit mendiskusikan buku
ini tanpa spoiler. Buku ini bisa
dibilang buku sekali baca. Membaca yang kedua kalinya tak akan sama lagi. Seperti
cinta pertama sekali kau mengetahui twist-twistnya, kamu pasti setuju rasanya
tak sama seperti pertama kali membaca. Kau mungkin membacanya mungkin untuk yang
kedua atau setelah membaca spoiler sedikit-sedikit.Tapi rasanya tak akan
seperti membaca untuk pertama kalinya.
Plot
"Salah satu dari kota adalah pembunuhnya tapi kita tak tahu yang mana"
sepertinya kemudian banyak menginspirasi karya-karya orang lain di jaman setelahnya. Acara-acara drama TV, novel, komik sering
menggunakan plot ini.
Tapi yang membedakan adalah Agatha Christie tak hanya secara acak
membunuh korbannya, tapi juga
memanipulasi mereka dan bahkan menikmatinya. Meski mereka terbukti bersalah. Layakkah mereka dipilih
dan dijadikan permainan main hakim sendiri, baik secara psikologi dan fisik? Pertanyaan
yang tak mudah. Dan Agatha Christie enggak kasih
jawaban mudah.
Plot
"mengumpulkan yang bersalah dan menghakimi satu2" juga banyak ditiru. Mungkin ada yang lihat film The Saw dengan sang
hakim dalam kursi roda pake topeng aneh.
Ada beberapa poin aneh tapi sudah menjadi budaya orang Inggris.
Yang pertama Budaya Minum Teh
Maksudnya begini, ada orang terbunuh, mayatnya di kamar sebelah. Kita jadi giliran
selanjutnya. Pembunuhnya belum ditemukan. Apa yang harus kita lakukan?? Well, Kita tetap harus sarapan, makan 3x sehari dan tentu saja minum teh dengan tenang sambil membicarakan tema-tema menarik. Bukankah ini sore yang indah?
Lalu yang kedua pelayannya seseorang
mengetahui kejahatanku di masa lalu dan
bangsat itu membunuh istriku apa yang harus kulakukan? Ya tentu saja aku masih pelayan, orang-orang
terhormat di sini masih perlu dilayani, mereka
perlu makan 3x sehari dan aku
ttp harus bersikap seperti pelayan professional. Aku harus memasak telur dan memotong kayu.
Lalu yang ketiga.
Sikap
kesopanan dan rasa menghormati antar sesama meski berada dlm situasi mencekam dibayang-bayangi
kematian. Mereka tetap bersikap dan berbahasa sopan dengan lawan
bicara tetap lanjut bersosialisasi dan makan bersama.
Yang keempat.
Tentang
kelas orang terhormat, setiap
orang sepakat untuk
berkumpul dan bekerja sama serta hati-hati tapi sang pelayan yang baru kehilangan istrinya tidak dihitung. Si pelayan ga masuk dlm kelas terhormat
untuk disejajarkan, bahkan dalam kelas
yang mungkin dialah pembunuhnya dan mengincar
mereka semua.
*****
Tim #GhibahBuku 10 Anak Negro : Prahasti Suyaman, Muchson D. Fatoni, Putri Cahyaning.
Terima kasih,
Klub Buku Indonesia
Makasih, ulasannya dimasukkan ke blog :-)
ReplyDeleteSama-sama kak, jangan bosan mengisi materi di KBI ya
Delete